KHUTBAH JUM'ATKHUTBAH JUMAT 24-7-2020 اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ وَ أَحْيَى. اَلْحَمْدُ للهِ الًّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَ نَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَ مَنْ يُنْكِرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا. وَ صَلَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الْهُدَى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى، وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَ الْوَفَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَنْ اِتَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْجَزَا. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ. وقَالَ أَيْضاً إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ Hadirin Jama’ah Jum’at RK, Tidak terasa kita sudah memasuki Bulan Dzulhijjah, yaitu bulan yang di dalamnya terdapat Ibadah Haji, oleh karena itu disebut Bulan Dzul Hijjah. Namun sayang sekali, calon Jama’ah Haji Indonesia Tahun 2020 ini, tidak dapat diberangkatkan, karena menurut pandangan Pemerintah Indonesia, masih mengkhawatirkan adanya wabah virus Corona. Atau juga disebut Raya Agung, yang dalam Bahasa Jawa disebut Rayagung. Karena di dalam bulan ini setidaknya terdapat 3 peristiwa penting. Yang pertama Sholat ‘Ied, yang kedua Ibadah Qurban, dan yang ketiga Ibadah Haji. Namun pada situasi saat ini, ketiga ibadah tersebut harus dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum mereda. Tentunya ketentuan Allah subhanahu wata'ala ini tidak boleh serta merta menurunkan semangat spiritual kita sebagai umat Islam. Kita harus meyakini bahwa selalu ada hikmah besar yang terkandung dari setiap ketetapan yang diberikan oleh Allah swt. Sebagaimana saya sampaikan di atas, akibat pandemi Covid-19 yang mewabah di berbagai penjuru dunia. Jamaah Haji Indonesia tahun 2020 tidak dapat diberangkatkan ke Tanah Suci. Hal ini dilakukan pemerintah untuk menjaga keselamatan jiwa jamaah dari tertular virus Corona. Pemerintah Arab Saudi pun tidak mengizinkan semua calon jamaah dari luar negeri untuk menjalankan rukun Islam kelima ini. Hanya beberapa negara saja, dan warga Arab Saudi sendiri, dan warga Asing yang telah berada di Arab Saudi saja yang diperkenankan melaksa -nakan ibadah Haji. Dan itu pun dengan pembatasan jumlah dan peraturan yang sangat ketat. Bagi calon jamaah haji tahun 2020, keputusan ini tentu sangat mengecewakan, dan sangat berat untuk diterima. Setelah sekian lama menunggu antrean kuota haji dengan berbagai macam usaha untuk melunasi ongkos naik haji (ONH), namun giliran saatnya berangkat harus mengalami penundaan. Tetapi ada hikmah besar yang bisa diambil dari keputusan ini di antaranya adalah kesabaran dan kepasrahan. Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam Qur’an Surat Al-Anfal ayat 46: وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ “Bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”. Jamaah Jum’at RK : Kesabaran sendiri adalah sikap yang paling dibutuhkan dalam menjalan- kan ibadah haji. Dalam ibadah haji, kesabaran juga bisa menjadi ukuran mabrur atau tidaknya haji yang dilaksanakan. Hampir seluruh rangkaian ibadah haji membutuhkan kesabaran mulai dari pendaftaran sampai dengan pelaksanaan dan kembali ke Tanah Air. Tanpa kesabaran, jamaah haji tidak akan mungkin mampu melewati rangkaian ibadah yang memerlukan kekuatan mental dan fisik, seperti tawaf, sa'i, wukuf di Arafah, dan melempar jumrah di Mina. Ini memberikan hikmah kepada calon jamaah haji yang ditunda keberangkatannya, untuk semakin melatih kesabaran sebelum waktunya berangkat nanti. Insyaallah kesabaran dalam menerima penundaan ini, akan menjadi wasilah kemabruran ibadah haji kelak. Hikmah kedua adalah kepasrahan atau tawakkal kepada Allah subhanahu wata'ala. Terkait dengan hal ini Allah subhanahu wata'ala pun telah memberikan panduan, jika kita memiliki tekad bulat dalam melaksanakan sesuatu, maka kita harus pasrah diri kepada Allah subhanahu wata'ala. Hal ini termaktub dalam QS Ali Imran ayat 159: فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ “Apabila engkau telah membulat -kan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” Dengan ditundanya haji tahun ini, para calon jamaah haji harus yakin dan pasrah kepada Allah karena ini juga merupakan ketetapan-Nya. Haji sendiri adalah ibadah yang harus diawali dengan kepasrahan karena harus pergi jauh meninggalkan orang-orang yang dicintai, meninggalkan harta benda, dan harus berjuang menyelesaikan rangkaian kewajiban dan rukun haji. Kain ihram warna putih yang dipakai jamaah pun sudah menandai bahwa para jamaah Haji pasrah atas takdir Allah seperti mayit yang terbungkus kain kafan. Dengan kepasrahan ini tentunya akan menjadikan para calon jamaah haji lebih tenang dalam beribadah. Hadirin Jamaah Jum’at RK : Ibadah kedua yang kita lakukan di tengah pandemi Covid 19 ini adalah ibadah kurban. Di tengah wabah ini, ibadah kurban akan lebih bermakna dan terasa bagi masyarakat ekonomi lemah. Selama pandemi, berbagai sektor tak terkecuali sektor ekonomi ikut terkena imbas. Banyak masyarakat yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya karena harus kehilangan mata pencaharian. Kurban bisa menjadi bukti kepekaan sosial masyarakat yang mampu terhadap yang lemah. Keriteria mampu memang Relatif. Banyak orang dianggap mampu oleh masyarakat di sekitarnya, namun belum juga mampu melaksanakan ibadah Kurban. Sementara ada nenek-nenek sebatangkara, yang tinggal di gubug reyot, yang tidurpun hanya beralaskan tikar di atas amben bambu, namun dia mampu menyisihkan sebagian rizkinya untuk ibadah Kurban; sehingga tidak sedikit para penjual kambing yang keheranan. Oleh karena itu melaksanakan Ibadah Kurban di musim Covid 19, yang melumpuhkan perekonomian masyarakat, seharusnya semakin memberikan kesadaran kepada kita, bahwa harta yang kita miliki bukanlah mutlak milik kita. Harta dan materi di dunia hanya titipan dari Allah subhanahu wata'ala, yang di dalamnya terdapat hak orang lain. Kenikmatan yang kita rasakan tidak akan berkurang sedikitpun ketika harus dibagi dengan orang lain melalui pembelian hewan kurban. Kita harus menyadari bahwa sesungguhnya hakikat memberi adalah menerima. Karena ketika kita mengeluarkan sebagian rizki kita untuk berkurban, pada hakekatnya kita sedang menerima tambahan rizki baru yang lebih besar dari allah swt. Sebagaimana Firmannya : “Lain syakartum laazidannakum “ Manusia tidak perlu khawatir karena nikmat Allah subhanahu wata'ala sangatlah banyak. Saking banyaknya nikmat Allah, kita tidak akan bisa menghitungnya. Allah subhanahu wata'ala berfirman: وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS: An-Nahl : 18) Dengan pengorbanan harta melalui hewan kurban ini, kita juga akan terkondisikan semakin dekat dengan Allah subhanahu wata'ala. Hal ini selaras dengan makna kurban itu sendiri yakni berasal dari bahasa Arab qariba - yaqrabu -qurbanan wa qirbanan,yang artinya dekat. Sehingga kurban adalah mendekatkan diri kepada Allah. Hadirin Jamaah Jum’at RK: Dari hal ini kita bisa menarik dua hikmah dari ibadah kurban di masa pandemi. Yang pertama adalah hikmah vertikal, yakni semakin dekatnya kita kepada Allah subhanahu wata'ala, dan kedua, hikmah horizontal yakni kedekatan dengan sesama manusia dengan saling berbagi rezeki di tengah situasi sulit akibat pandemi ini. بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH JUM’AT

Khutbah Jum’at 23 Agustus 2019




اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Kaum Muslimin Rohimakumulloh :

         Alhamdulillah hari ini kita masih diberi kesempatan oleh Allah swt. untuk bersimpuh dihadapan-Nya, tidak ada lain yaitu dalam rangka menunaikan salah satu kewajiban kita, yaitu Sholat Jum’at. Sholawat serta salam, semoga senantiasa tercurahkan kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad saw, para shahabatnya, keluarganya, dan seluruh ummatnya.
Hadirin Jama’ah Jum,at RK :
Kita masih berada dalam suasana menikmati kegembiraan, memperingati Hari Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 74. Dimana 74 tahun yang lalu kita meraih kemerdekaan dari cengkraman para penjajah. Sekaligus juga kegembiraan dalam momentum Idul Qurban, dimana satu tahun sekali kita bisa menikmati daging, baik sapi maupun kambing, dalam waktu yang bersamaan, secara serentak di seantero dunia, baik yang kaya maupun yang miskin.

Hadirin Rohimakumulloh :

Dan dari sekian banyak nikmat  Allah swt.  yang tak terhitung jumlahnya,  yang diberikan kepada manusia adalah  nikmat  kemerdekaan.  Hal ini merupakan nikmat yang tidak bisa diukur dengan harta benda dan uang. Nikmat kemerdekaan adalah nikmat yang utama, setelah nikmat Iman, Islam dan kesehatan. Oleh karena itu, banyak orang bersedia mengorbankan apapun demi mendapatkan hak untuk merdeka.
Oleh karena itu, mari kita jaga kemerdekaan ini, jangan sampai jatuh kembali ke tangan aseng
Dan asing.
         Merupakan fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri bahwa peran dan sumbangan Ummat Islam, para Ulama, para kiai,  para santri,  dan  para pahlawan Indonesia yang lainnya,begitu besar,  dan menentukan dalam perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah dan mengusir penjajah, sehingga bisa meraih kemerdekaan.

Betapa kontribusi mereka yang sangat bernilai, yang mungkin kita dan generasi berikutnya tidak tahu.. Betapa banyak anak-anak kita yang tidak lagi mengenal para pahlawan pejuang kemerdekaan. Tidak mengenal lagi pahlawan Revolusi. Tidak mengenal lagi tokoh-tokoh Nasional yang berjasa di negeri ini. Tidak lagi mengenal Patriotik-patriotik yang membela Republik  ini dari rongrongan bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu harus kita lestarikan cerita-cerita tentang perjuangan meraih kemerdekaan di setiap momentum peringatan Proklamasi Kemerdekaan. Jangan sampai generasi mendatang, hanya tahu upacara bendera, panjat pinang, lomba balap karung, lomba mukukul kendi  dan lain-lain.   Kita generasi tua, yang tahu betapa pedih dan sengsaranya, menjadi bangsa yang terjajah, dan betapa susahnya untuk meraih kemerdekaan, jangan bosan-bosannya untuk menyampaikan dan memberikan pemahaman kepada anak-anak kita, yang tiak sempat menyaksikan keadaan Indonesia sebelum tahun 1945, karena mereka belum lahir. Dengan harapan, informasi sejarah itu, senantiasa dijadikan  giroh untuk mempertahankan kemerdekaan ini, dan dijadikan suatu semangat untuk mengukir prestasi  dalam mengisi kemerdekaan ini. Saatnya kita menjadikan momentum kemerdekaan ini untuk meneladani perjuangan para ulama,  para kiai, dan para patriot  negeri ini. Meneruskan perjuangan mereka dan membawa kemerdekaan ini menuju kemerdekaan yang totalitas dalam segala arti dan bentuknya.

Hadirin Rohimakumulloh :

           Seringkali kita merasa merdeka dari cengkraman penjajah, tapi belum merdeka dari cengkraman bangsa sendiri.
          Tidak adanya keadilan, tidak adanya suprimasi hukum, dan tidak adnya kedaulatan rakyat, adalah sebagai cirri kita sedang dijajah oleh bangsa sendiri.
           Seringkali kita merasa merdeka dan bebas untuk melaku kan apa saja, padahal kita belum merdeka dari cengkraman hawa hafsu kita sendiri.
          Betapa banyak diantara kita yang menghalalkan segala cara, demi memenuhi hawa nafsu kita, untuk menguasai Harta kekayaan, kedudukan dan jabatan.
           Seringkali kita merasa merdeka dan bebas menguasai dan memiliki apa saja, tetapi bersamaan dengan itu, diri kitapun dibelenggu oleh kekayaan dan harta benda.
          Oleh karena itu Allah mengingatkan kepada kita, untuk dapat bersimpuh seperti sekarang di mesjid ini, agar kita tidak terbelenggu oleh harta dan kedudukan kita, dengan firmannya yang tertera di samping mesjid ini  :

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) šÏŠqçR Ío4qn=¢Á=Ï9 `ÏB ÏQöqtƒ ÏpyèßJàfø9$# (#öqyèó$$sù 4n<Î) ̍ø.ÏŒ «!$# (#râsŒur yìøt7ø9$# 4 öNä3Ï9ºsŒ ׎öyz öNä3©9 bÎ) óOçGYä. tbqßJn=÷ès? ÇÒÈ

“ Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli,  yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. “ ( QS. Al Jum’ah : 9 ).

Maksud ayat ini adalah : Jangan sampai kita terbelenggu oleh harta kita, oleh bisnis kita, oleh pekerjaan kita, kedudukan dan jabatan kita.
           Kita tidak bisa datang ke masjid untuk sholat jum’at, karena sedang nungguin toko, kita tidak bisa datang ke masjid untuk sholat jum’at, karena tanggung pekerjaan kator belum selesai.
Kita tidak bisa datang kamesjid untuk sholat jum’at, karena tanggung pekerjaan di sawah.         
Hal ini menunjukkan bahwa kita belum merdeka dari cengkraman Harta dan Jabatan kita.

Hadirin Rohimakumulloh :

          Alhamdulillah, di Lohbener ini saya dengar, bahwa ada pemilik toko bangunan, yang apabila datang waktunya sholat, beliau tutup dan mengajak para pelayannya untuk sholat berjamaah, kemudian selesai sholat berjamaah, para pelannya diajak makan siang bersama.
Inilah pigur pengusaha yang tidak terbelenggu oleh harta bendanya, sehingga ia merasa merdeka untuk memenuhi panggilan Tuhannya.
Mudah-mudahanan bisa diikuti oleh toko-toko yang lain, seperti kebiasaan di Arab, bila tiba waktu sholat, seluruh toko dan pedagang tutup, mereka memenuhi panggilan Allah swt, menunaikan sholat berjamaah.

Hadirin Rohimakumullah :

Begitu juga dengan anda, dengan kita. Kita bisa menikmati sejuknya air wudlu dan bersimpuh di  di masjid ini, untuk menunaikan sholat Jum’at, karena anda mampu memerdekakan diri dari belenggu dan cengkraman harta benda dan jabatan anda.
Adapun selesai Sholat Jum’at, tidak ada larangan untuk melanjutkan aktivitas kembali. Yang jualan, silahkan jualan lagi, Tukang bangunan silahkan melanjutkan pekerjaannya, Pegawai kantor, silahkan masuk kantor lagi, para petani silahkan ke sawah atau ke lading lagi. Sebagaimana Allah mempersilahkan kita pada ayat berikutnya :
#sŒÎ*sù ÏMuŠÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãÏ±tFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.øŒ$#ur ©!$# #ZŽÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÊÉÈ

“    Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. “


          Begitu juga dengan saudara-saudara kita yang sedang menunaikan ibadah Haji di tanah suci, Makkatul Mukarromah dan Maditatul Munawwaroh. Mereka sedang belajar memerdekakan diri dari belenggu dan cengkraman harta benda, kekayaan dan jabatan, serta keluarga, yang senantiasa jadi penghalang untuk beribadah kepada Allah swt. Mereka tinnggalkan Tanah air, mereka tinggalkan Rumah dan keluarganya. Mereka tinggalkan bisnis dan jabatannya. Hanya semata-mata memenuhi Panggilan Allah swt. yang menciptakannya.  Kita doakan, agar mereka diberi kekuatan dan keselamatan, sehinnga dapat pulang ke Tanah airnya masing-masing dengan predikat Haji yang mabrur.

           Oleh karena itu, dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 74 ini, masih ada yang perlu kita pejuangkan, yaitu kemerdekaan dalam kemerdekaan.  Dengan kata lain kita belum berada dalam kemerdekaan
yang sejati. Apabila kita belum mampu memerdekakan diri kita dari cengkraman hawa nafsu, kekayaan dan kedudukan. Sehingga kita tidak berdaya, untuk mengumpulkan amal sholeh, yang menjadi bekal untuk kehidupan kelak di akherat.
          Kita pun harus berusaha, membebaskan Republik ini dari rongrongan orang-orang yang merongrong kewibawaan Negara, yang memprorakporandakan kesatuan dan persatuan bangsa ini, Juga orang-orang yang melepaskan asset-aset Negara kepada pihak-pihak asing.
         Mudah-mudahan kita diberi kekuatan dan kemampuan untuk menjaga kemerdekaan Republik ini, sepanjang hayat dikandung badan.
Dan mudah-mudahan kita diberi kemampuan untuk memerdekakan diri kita sendiri dari hawa nafsu, dan cengkraman kehidupan dunia yang fana ini. Agar kita selamat di dunia, dan selamat di akhirat. Bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.    Amin ya Robbal ‘alamiiin.

جَعَلَنَا اللهُ  وَاِيَّـاكُمْ مِنَ الْفَا ئِزِيْنَ الاَْمِنِيْنَ. وَاَدْخَلَنَـا وَاِيَّـاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَـادِهِ الصَّـالِحِـيْنَ. اَعُوْذُبِا اللهِ مِنَ الشَّيْطَانَ الرَّجِيْمِ. فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَاَصْلَحَ فَاِنَّ اللهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ اِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحِيْمٌ.
 وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَرْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُا الرَّاحِمِيْن





Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHUTBAH JUM'AT

CARA SEHAT DENGAN NATURAL

KHUTBAH JUM"AT