Rabu, 23 Juli 2025

KHUTBAH JUMAT

 

KHUTBAH JUMAT, TGL.13 JUNI 2025

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ فِي الْمَالِ حَقًّا لِلْفُقِيْرِ وَالمِسْكِيْنِ وَسَائِرِ اْلمُحْتَاجِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْاٰنِ: وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍۙ (الحج: ٢٧)

Kaum Muslimin Jamaah Jumat RK ;

Baru seminggu yang lalu kita merayakan idul Adha 1446 Hijriyah,

Setidaknya ada 2 momentum  yang dibumikan oleh  Allah swt.melalui Nabi Muhammad SAW.,yaitu Ibadah Haji dan Qurban.

Kedua ibadah itu sama-sama mengandung makna Pengorbana.  Kalimat Pengorbanan, berasal dari Bahasa Arab, yaitu :  QOROBA, YAQROBU, QURBANAN. Yang mengandung makna mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Disamping bermakna mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga dalam Bahasa Indonesia mengandung makna mengikhlaskan sesuatu untuk mencapai  cita-cita atau tujuan. Misalnya dalam kalimat :    PARA PAHLAWAN MENGORBANKAN JIWA DAN HARTANYA UNTUK KEMERDEKAAN  INDONESIA. “

Sebagaimana kita maklumi bersama, bahwa baik ibada Haji maupun ibadah Qurban, mengandung makna yang sama dari keduanya, yaitu mengikhlskan Harta maupun Jiwa untuk tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Hadirin Jamaa Jum’at RK ;

Allah membumikan  2 ajaran tersebut, disamping mengandung ajaran ritual,  juga menjadi Mata air ajaran social yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan umat manusia.

Kesenjangan jarak antara si kaya dan si miskin tidak boleh terlalu menganga.

Gambaran kebaikan sosial dalam Islam bisa kita lihat dari perintah untuk saling membantu.  Orang kaya membantu orang miskin, orang mampu membantu orang lemah, orang yang kuat membantu orang yang tidak berdaya. Orang yang  Faham, mengingatkan orang tidak Faham.

Bukan sebaliknya, yang miskin menjadi semakin miskin, yang lemah dan tak berdaya ditindas, diinjak-injak atau dibiarkan hidup terlunta-lunta. Orang yang tidak Faham semakin dibodohi. Dengan menerapkan yang salah, seolah-olah benar dimata masyarakat. Tidak seperti itu yang diajarkan oleh Islam.

Melalui ibadah Qurban, kita kembali diingatkan tentang pentingnya menghadirkan sikap pengorbanan. Sikap ini terwujud dalam bentuk saling peduli kepada sesama, berempati atas penderitaan mereka yang sakit, yang teraniaya, atau yang tengah memikul beban hidup yang teramat berat.

Islam mengajarkan kepada kita untuk merasakan nasib sepenanggungan dalam kehidupan sehari-hari.       Dalam hati masing-masing seolah kita berkata kepada mereka, “Sakitmu adalah sakitku, deritamu adalah deritaku, kesedihanmu adalah kesedihanku. Apa yang kamu rasa dan tanggung,  juga menjadi rasa dan tanggunganku.” Seperti inilah yang Rasul sampaikan kepada kita :

تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Kamu melihat kaum mukminin dalam berkasih sayang, saling mencintai, tenggang rasa,  Adalah seperti satu tubuh, jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh tubuh lainnya merasakan panas dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari-Muslim).

Melalui momentum Qurban kita disadarkan bahwa di tengah-tengah kita masih banyak orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, bahkan di bawah garis kemiskinan. Karenanya, mari manfaatkan waktu dan kesempatan tiap Idul Adha sebagai penyemangat diri kita untuk lebih  memperhatikan sesama lewat ibadah berkurban.

Ibadah kurban adalah ibadah yang bernuansa ritual sekaligus sosial yang tentunya mengandung hikmah di dalamnya, agar kita hidup berdampingan dan saling membantu.

Kehadiran Koperasi Desa Merah putih di Desa-desa saat ini, sangat relepan dengan momentum Idul Qurban, dimana tujuan Presiden kita untuk membentuk Kopdes Merah putih, bukan Program bagi-bagi duit seperti yang dibayangkan sebagian besar masyarakat, melainkan program Gotong Royong, saling membantu antara yang mampu dan yang tidak mampu, antara yaqng punya modal untuk usaha, dengan yang tidak punya modal. Uang sepuluh dua puluh ribu disatukan untuk modal usaha bersama, agar perekonomian di masyarakat bawah bisa berjalan dan tumbuh berkembang. Jangan sampai perputaran uang, hanya beredar diantara konglomerat-konglomerat asing. Koperawsi berasal dari katan koperatif, yang artinya usaha bareng, usaha bersama.

Hadirin Jamaah Jumat RK :

Yang kedua yang Allah bumikan melalui Nabi Muhammad SAW, adalah Ibadah haji bagi yang mampu.

Ibadah Haji tahun ini sudah usaui. Keloter-demi kloter sudah mulai dipulangkan. Namun menyisakan cerita yang menyakitkan.

Ibadah haji memang diwajibkan untuk yang mampu.

Mampu biayanya, mampu kesehatannya, dan mampu keamanan di perjalanannya.

Haji itu untuk orang mampu. Namun, itu belum cukup ketika Allah belum mengizinkan. Banyak orang super kaya, bisa membeli apa saja. Termasuk membeli tiket haji furoda yang harganya antara 373,9 – 975,3 juta. Harga semahal itu semua kandas saat Langit tak lagi mengeluarkan visa.  Karena Ibadah Hahji ke tanah Suci itu murni panggilan Allah, atau undangan Allah, sang penguasa Visa dan Pasfor. Oleh karena itu, orang yang menunaikan ibadah Haji, disebut Duyufurrohman . Yaitu tamu-tamu Allah . Bukan duyuful Arobiyyah,  tamu-tamunya orang Arab, bukan.

Allah SWT. berfirman :

bÏiŒr&ur Îû Ĩ$¨Y9$# Ædkptø:$$Î/ šqè?ù'tƒ Zw%y`Í 4n?tãur Èe@à2 9ÏB$|Ê šúüÏ?ù'tƒ `ÏB Èe@ä. ?dksù 9,ŠÏJtã ÇËÐÈ  

27. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus [984] yang datang dari segenap penjuru yang jauh. / Al-  Haj, Ayat 27.

Ayat di atas menunjukan bahwa Ibadah Haji adalah undanga khusus dari  Allah swt.

Ketika surat undangan dari Allah belum sampai kepada kita, walaupun uang Rp 975.300.000. sudah disiapkan, belum tentu bisa berangkat.

Hal ini terbukti, lebih dari 1000 orang calon Jamaah Haji Furoda tahun ini, gagal berangkat.

Rp 975.300.000.  Angka ini cukup untuk membeli satu unit rumah minimalis di pinggiran Jakarta, satu buah Alphard baru, atau menyekolahkan anak sampai ke Jerman sambil liburan ke Swiss. Tapi tahun ini, angka itu tidak berguna, cuma berakhir sebagai tiket ke negara harapan yang tak pernah dikunjungi, Tanah Suci yang menolak dengan sunyi, karena belum dapat izin dari sang Ilahi.

Hadirin Jamaah Jumart RK :

Haji furoda. Jalur istimewa, undangan khusus dari Kerajaan Arab Saudi. Bukan kuota reguler. Bukan haji plus. Ini adalah tiket langit untuk para sultan bumi. Yang menolak antre 30 tahun seperti rakyat jelata. Yang ingin bypass ke surga dengan cepat, senyap, dan mahal. Tapi rupanya, surga bukan seperti konser Coldplay, tidak bisa beli tiket VIP hanya karena saldo rekening kita enam digit di depan koma.

Menurut Ketua Umum Himpunan Haji, Muhammad Firman Taufik, tahun 2025, biaya haji furoda berkisar dari Rp 373,9 juta hingga Rp 975,3 juta. Sementara haji plus mulai dari Rp 159,7 juta, sampai 500 juta. Sementara Haji Reguler sebesar Rp. 55, 43 juta yang dibayar jamaah.

Di atas kertas, perbedaan ini sepadan, fasilitas mewah, hotel mepet Masjidil Haram, makanan halal yang lebih halal dari halal, dan tentu saja, wibawa spiritual eksklusif. Tapi apa daya, ketika gerbang langit enggan terbuka, semua itu hanya jadi mimpi dalam koper Samsonite premium.

Arab Saudi menutup penerbitan visa furoda tanpa keterangan. Tanpa klarifikasi. Tanpa permisi. Seperti pacar ghosting setelah dua tahun pacaran dan sudah nonton acara keluarga. Direktur Jenderal PHU, Hilman Latief, bahkan mencatat, dari kuota haji reguler sebanyak 203.320, hanya 203.279 visa yang terbit. Sisanya?  Hilang seperti harapan jamaah mujamalah. Bahkan 41 visa yang sudah “dalam proses” pun akhirnya dicoret dari kehidupan, dan menghilang dari histori browser, https://hajipuroda.com.

Menteri Agama Nasaruddin Umar berkata, ini bukan hanya masalah Indonesia. Banyak negara lain mengalami nasib serupa. Artinya, ini bukan kegagalan lokal. Ini semacam tsunami spiritual global, di mana jamaah kaya dari seluruh dunia serempak ditolak oleh langit. Betapa adilnya Tuhan:  menampar semua kalangan tanpa memandang kurs mata uang.

Tapi jangan salahkan pemerintah. Komnas Haji bilang, ini murni urusan bisnis. Salah sendiri terlalu berharap pada sistem yang lebih banyak menjual mimpi dari kepastian. Salah sendiri kalau terlalu yakin bahwa uang bisa membeli apapun, bahkan rukun Islam kelima diperjyual belikan.  Salah sendiri karena mengira visa itu hak, bukan kehendak.

Lihatlah para jemaah furoda yang gagal itu. Wajah-wajah kecewa, koper premium, dan ihram impor yang batal disentuh debu Arafah. Mereka pulang ke rumah, bukan dengan oleh-oleh zamzam, tapi dengan beban mental seberat 975 juta. Sementara di ujung kampung, Pak Abdulloh, yang 17 tahun jualan es tebu di pasar, justru berhasil berangkat lewat jalur reguler, dengan sandal swallow, doa ibu, dan air mata tulus.

Inilah realitas ibadah yang tak bisa dicicil. Bahwa panggilan haji bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan kilauan emas, atau dikunci dalam kontrak legal. Visa itu hanya terbit ketika Tuhan berkenan. Sebab Tuhan tidak bisa disuap. Surga tidak bisa disponsori. Ka'bah tidak bisa dibooking via travel agent yang menjanjikan “jalur cepat ke akhirat.”

 

Maka tahun ini, haji furoda bukan hanya gagal berangkat. Ia gagal membuktikan bahwa uang adalah  segala-galanya. Sebab di hadapan Tuhan, saldo rekening tak lebih penting dari niat. Visa langit, sayangnya, tidak bisa dicetak dari mesin ATM.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُم فِى القُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِفَهْمِهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

 

 

 KHUTBAH JUM'AT Khutbah Jum’at Tgl. 8 Agustus 2025 di Masjid Al Istiqomah Lohbener   لحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَف...