KHUTBAH
JUMAT, TGL.13 JUNI 2025
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ فِي
الْمَالِ حَقًّا لِلْفُقِيْرِ وَالمِسْكِيْنِ وَسَائِرِ اْلمُحْتَاجِيْنَ،
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ
وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ
مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ.
أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ
الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ
المَنَّانِ، الْقَائِلِ
فِي كِتَابِهِ الْقُرْاٰنِ: وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ
رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍۙ (الحج:
٢٧)
Kaum Muslimin Jamaah Jumat RK ;
Baru seminggu yang lalu kita merayakan idul Adha 1446
Hijriyah,
Setidaknya ada 2 momentum
yang dibumikan oleh Allah
swt.melalui Nabi Muhammad SAW.,yaitu Ibadah Haji dan Qurban.
Kedua ibadah itu sama-sama mengandung makna Pengorbana. Kalimat Pengorbanan, berasal dari Bahasa
Arab, yaitu : QOROBA, YAQROBU, QURBANAN.
Yang mengandung makna mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Disamping bermakna mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga
dalam Bahasa Indonesia mengandung makna mengikhlaskan sesuatu untuk
mencapai cita-cita atau tujuan. Misalnya
dalam kalimat : “ PARA PAHLAWAN MENGORBANKAN JIWA DAN HARTANYA
UNTUK KEMERDEKAAN INDONESIA. “
Sebagaimana kita maklumi bersama, bahwa baik ibada Haji
maupun ibadah Qurban, mengandung makna yang sama dari keduanya, yaitu
mengikhlskan Harta maupun Jiwa untuk tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hadirin
Jamaa Jum’at RK ;
Allah membumikan 2
ajaran tersebut, disamping mengandung ajaran ritual, juga menjadi Mata air ajaran social yang
memiliki pengaruh besar dalam kehidupan umat manusia.
Kesenjangan jarak antara si kaya dan si miskin tidak boleh
terlalu menganga.
Gambaran kebaikan sosial dalam Islam bisa kita lihat dari
perintah untuk saling membantu. Orang
kaya membantu orang miskin, orang mampu membantu orang lemah, orang yang kuat
membantu orang yang tidak berdaya. Orang yang Faham, mengingatkan orang tidak Faham.
Bukan
sebaliknya, yang miskin menjadi semakin miskin, yang lemah dan tak berdaya
ditindas, diinjak-injak atau dibiarkan hidup terlunta-lunta. Orang yang tidak
Faham semakin dibodohi. Dengan menerapkan yang salah, seolah-olah benar dimata
masyarakat. Tidak seperti itu yang diajarkan oleh
Islam.
Melalui ibadah Qurban, kita kembali diingatkan tentang pentingnya
menghadirkan sikap pengorbanan. Sikap ini terwujud dalam bentuk saling peduli
kepada sesama, berempati atas penderitaan mereka yang sakit, yang teraniaya,
atau yang tengah memikul beban hidup yang teramat berat.
Islam mengajarkan kepada kita untuk
merasakan nasib sepenanggungan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hati masing-masing seolah kita berkata
kepada mereka, “Sakitmu adalah sakitku, deritamu adalah deritaku, kesedihanmu adalah kesedihanku. Apa yang kamu rasa dan
tanggung, juga menjadi rasa dan tanggunganku.” Seperti
inilah yang Rasulﷺ sampaikan kepada kita :
تَرَى
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ
الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ
وَالْحُمَّى
“Kamu melihat kaum mukminin dalam
berkasih sayang, saling mencintai, tenggang rasa, Adalah seperti satu tubuh, jika ada bagian tubuh yang sakit maka
seluruh tubuh lainnya merasakan panas dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari-Muslim).
Melalui momentum Qurban kita disadarkan bahwa di tengah-tengah kita masih
banyak orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, bahkan di bawah garis
kemiskinan. Karenanya, mari manfaatkan waktu dan kesempatan tiap Idul Adha
sebagai penyemangat diri kita untuk lebih memperhatikan sesama lewat ibadah
berkurban.
Ibadah kurban adalah ibadah yang
bernuansa ritual sekaligus sosial yang tentunya mengandung hikmah di dalamnya,
agar kita hidup berdampingan dan saling membantu.
Kehadiran Koperasi Desa Merah putih di Desa-desa saat ini,
sangat relepan dengan momentum Idul Qurban, dimana tujuan Presiden kita untuk
membentuk Kopdes Merah putih, bukan Program bagi-bagi duit seperti yang
dibayangkan sebagian besar masyarakat, melainkan program Gotong Royong, saling
membantu antara yang mampu dan yang tidak mampu, antara yaqng punya modal untuk
usaha, dengan yang tidak punya modal. Uang sepuluh dua puluh ribu disatukan
untuk modal usaha bersama, agar perekonomian di masyarakat bawah bisa berjalan
dan tumbuh berkembang. Jangan sampai perputaran uang, hanya beredar diantara
konglomerat-konglomerat asing. Koperawsi berasal dari katan koperatif, yang
artinya usaha bareng, usaha bersama.
Hadirin Jamaah Jumat RK :
Yang kedua yang Allah bumikan
melalui Nabi Muhammad SAW, adalah Ibadah haji bagi yang mampu.
Ibadah Haji tahun ini sudah
usaui. Keloter-demi kloter sudah mulai dipulangkan. Namun menyisakan cerita
yang menyakitkan.
Ibadah haji memang diwajibkan
untuk yang mampu.
Mampu biayanya, mampu kesehatannya,
dan mampu keamanan di perjalanannya.
Haji itu
untuk orang mampu. Namun, itu belum cukup ketika Allah belum mengizinkan.
Banyak orang super kaya, bisa membeli apa saja. Termasuk membeli tiket haji
furoda yang harganya antara 373,9 – 975,3 juta. Harga semahal itu semua kandas
saat Langit tak lagi mengeluarkan visa. Karena Ibadah Hahji ke tanah Suci itu murni
panggilan Allah, atau undangan Allah, sang penguasa Visa dan Pasfor. Oleh
karena itu, orang yang menunaikan ibadah Haji, disebut Duyufurrohman . Yaitu
tamu-tamu Allah . Bukan duyuful Arobiyyah,
tamu-tamunya orang Arab, bukan.
Allah SWT.
berfirman :
bÏir&ur Îû Ĩ$¨Y9$# Ædkptø:$$Î/ qè?ù't Zw%y`Í 4n?tãur Èe@à2 9ÏB$|Ê úüÏ?ù't `ÏB Èe@ä. ?dksù 9,ÏJtã ÇËÐÈ
27. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji,
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta
yang kurus [984] yang datang dari segenap penjuru yang jauh. / Al- Haj, Ayat 27.
Ayat di atas menunjukan bahwa Ibadah Haji adalah undanga
khusus dari Allah swt.
Ketika surat
undangan dari Allah belum sampai kepada kita, walaupun uang Rp 975.300.000. sudah
disiapkan, belum tentu bisa berangkat.
Hal ini
terbukti, lebih dari 1000 orang calon Jamaah Haji Furoda tahun ini, gagal
berangkat.
Rp
975.300.000. Angka ini cukup untuk
membeli satu unit rumah minimalis di pinggiran Jakarta, satu buah Alphard baru,
atau menyekolahkan anak sampai ke Jerman sambil liburan ke Swiss. Tapi tahun
ini, angka itu tidak berguna, cuma berakhir sebagai tiket ke negara harapan
yang tak pernah dikunjungi, Tanah Suci yang menolak dengan sunyi, karena belum
dapat izin dari sang Ilahi.
Hadirin Jamaah Jumart RK :
Haji furoda.
Jalur istimewa, undangan khusus dari Kerajaan Arab Saudi. Bukan kuota reguler.
Bukan haji plus. Ini adalah tiket langit untuk para sultan bumi. Yang menolak
antre 30 tahun seperti rakyat jelata. Yang ingin bypass ke surga dengan cepat,
senyap, dan mahal. Tapi rupanya, surga bukan seperti konser Coldplay, tidak
bisa beli tiket VIP hanya karena saldo rekening kita enam digit di depan koma.
Menurut
Ketua Umum Himpunan Haji, Muhammad Firman Taufik, tahun 2025, biaya haji furoda
berkisar dari Rp 373,9 juta hingga Rp 975,3 juta. Sementara haji plus mulai
dari Rp 159,7 juta, sampai 500 juta. Sementara Haji Reguler sebesar Rp. 55, 43
juta yang dibayar jamaah.
Di atas
kertas, perbedaan ini sepadan, fasilitas mewah, hotel mepet Masjidil Haram,
makanan halal yang lebih halal dari halal, dan tentu saja, wibawa spiritual
eksklusif. Tapi apa daya, ketika gerbang langit enggan terbuka, semua itu hanya
jadi mimpi dalam koper Samsonite premium.
Arab Saudi
menutup penerbitan visa furoda tanpa keterangan. Tanpa klarifikasi. Tanpa
permisi. Seperti pacar ghosting setelah dua tahun pacaran dan sudah nonton
acara keluarga. Direktur Jenderal PHU, Hilman Latief, bahkan mencatat, dari
kuota haji reguler sebanyak 203.320, hanya 203.279 visa yang terbit. Sisanya? Hilang seperti harapan jamaah mujamalah.
Bahkan 41 visa yang sudah “dalam proses” pun akhirnya dicoret dari kehidupan,
dan menghilang dari histori browser, https://hajipuroda.com.
Menteri
Agama Nasaruddin Umar berkata, ini bukan hanya masalah Indonesia. Banyak negara
lain mengalami nasib serupa. Artinya, ini bukan kegagalan lokal. Ini semacam
tsunami spiritual global, di mana jamaah kaya dari seluruh dunia serempak
ditolak oleh langit. Betapa adilnya Tuhan: menampar semua kalangan tanpa memandang kurs
mata uang.
Tapi jangan
salahkan pemerintah. Komnas Haji bilang, ini murni urusan bisnis. Salah sendiri
terlalu berharap pada sistem yang lebih banyak menjual mimpi dari kepastian.
Salah sendiri kalau terlalu yakin bahwa uang bisa membeli apapun, bahkan rukun
Islam kelima diperjyual belikan. Salah
sendiri karena mengira visa itu hak, bukan kehendak.
Lihatlah
para jemaah furoda yang gagal itu. Wajah-wajah kecewa, koper premium, dan ihram
impor yang batal disentuh debu Arafah. Mereka pulang ke rumah, bukan dengan
oleh-oleh zamzam, tapi dengan beban mental seberat 975 juta. Sementara di ujung
kampung, Pak Abdulloh, yang 17 tahun jualan es tebu di pasar, justru berhasil
berangkat lewat jalur reguler, dengan sandal swallow, doa ibu, dan air mata
tulus.
Inilah
realitas ibadah yang tak bisa dicicil. Bahwa panggilan haji bukan sesuatu yang
bisa dibeli dengan kilauan emas, atau dikunci dalam kontrak legal. Visa itu
hanya terbit ketika Tuhan berkenan. Sebab Tuhan tidak bisa disuap. Surga tidak
bisa disponsori. Ka'bah tidak bisa dibooking via travel agent yang menjanjikan
“jalur cepat ke akhirat.”
Maka tahun
ini, haji furoda bukan hanya gagal berangkat. Ia gagal membuktikan bahwa uang
adalah segala-galanya. Sebab di hadapan
Tuhan, saldo rekening tak lebih penting dari niat. Visa langit, sayangnya,
tidak bisa dicetak dari mesin ATM.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُم
فِى القُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِفَهْمِهِ إِنَّهُ هُوَ
التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar