Jumat, 08 Agustus 2025

 KHUTBAH JUM'AT
Khutbah Jum’at Tgl. 8 Agustus 2025
di Masjid Al Istiqomah Lohbener 

لحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا

النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو أَنّ اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ

 أَنّ سَيِّدَنَا

وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَ

لِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَ

عَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِع

ينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَ

اعَتِهِ لَعَلَّكُ

مْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ

 تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَ

انِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُو

ا قَوْلًا سَدِي

دًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُو

بَكُمْ

 وَ

مَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

 

 

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt melalui langkah-langkah upaya meningkatkan ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah swt, bagi para jama’ah, dan terutama saya selaku khotib . Karena seorang khotib atau penceramah, bukan hanya pandai bermain kata-kata di podium, melainkan harus menjadi contoh bagi jama’ah dalam melaksanakan peribahan sehari-hari. Jangan sampai menyuruh meningkatkan ketaqwaan kepada orang lain, tapi khotibnya sendiri tidak pernah ada peningkatan sama sekali.

Hal ini diingatkan oleh Allah swt.,dalam Surat Al Baqoroh, ayat 44 :

* tbrâßDù's?r& }¨$¨Y9$# ÎhŽÉ9ø9$$Î/ tböq|¡Ys?ur öNä3|¡àÿRr& öNçFRr&ur tbqè=÷Gs? |=»tGÅ3ø9$# 4 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÍÍÈ  

Artinya:

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab, ( kitab ini, kitab itu ) Apakah kamu tidak berakal ?

Itulah sebabnya seorang khotib selalu menyampaikan wasiat ketakwaan, dengan membubuhi kalimat “ terutama untuk diri saya sendiri “ .

Pentingnya hal ini, maka berwasiat ketaqwaan, menjadi salah satu rukun dan kewajiban yang harus dilakukan oleh khatib dalam setiap khutbahnya. Jika dalam khutbah jum’at, tidak ada berwasiat takwa kepada jamaah dan dirinya sendiri, maka tidak sah lah khutbah Jumat yang disampaikannya.

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Hari ini, 8 Agustus 2025, dimana satu pekan ke depan, kita akan merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80. Yang berarti usia kemerdekaan kita, sudah 80 tahun.

Kalau kita ibaratkan dengan umur manusia, usia 80 adalah usia yang rentan terhadap berbagai penyakit.   Rematik, encok , darah tinggi, gula darah, bahkan setruk. Begitu pula dengan kemerdekaan Republik ini, di usianya yang ke 80, bukan berarti kemerdekaan kita akan baik-baik saja, bila tidak ada upaya-upaya dari kita, sebagai pemilik Republik ini, untuk mempertahankan kemerdekaannya.

Semakin tua usia kemerdekaan kita semakin banyak rongrongan-rongrongan yang akan merobek-robek kemerdekaan ini, seperti yang kita rasakan 10 tahun kebelakang, yang pengaruhnya masih kita rasakan sampai hari ini.

Walaupun demikian, penyakit kemerdekaan bukan hanya datang di usia tua.  Andaikan para Generasi Muda tahu sejarah kemerdekaan Republik ini, rongrongan tidak hanya datang di usia tua, bahkan ketika usia kemerdekaan ini masih sangat muda belia, rongrongan itu sudah datang kembali.

Hal ini terbukti, ketika usia kemerdekaan baru 3 hari, setelah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945,  serangan militer Belanda terhadap republik ini, datang kembali, yang terjadi pada tanggal 19 Desember 1948, yang kita kenal Agresi Militer II, atau disebut juga operasi Gagak, yang dalam bahasa Belanda disebut Kraai Operatie.  Pada saat itu, Belanda berhasil merebut kembali  ibu kota sementara Republik Indonesia, Yogyakarta, dan menangkap para pemimpin Indonesia, termasuk Presiden de facto Republik Indonesia Bpk.Soekarno.

Oleh karena itu, melalui Khutbah  Jum’at kali ini, saya pesankan kepada generasi muda khususnya, anak anak SMP dan SMA, pahami sejarah, walaupun sejarah sudah dipreteli dari kurikulum sekolah, dan pertahankan kemerdekaan dengan sekuat tenaga, serta harus senantiasa waspada terhadap rongrongan2 kemerdekaan. Karena rongrongan terhadap kemerdekaan, akan senantiasa datang. Baik dari luar, maupun dari dalam. Baik dari asing, maupun dari pribumi Indonesia , bahkan boleh jadi dari diri kita sendiri.

 

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah,

 

Perjuangan para pahlawan kemerdekaan pada masa itu telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Kita sebagai generasi penerus harus mengenang dan meneladani semangat perjuangan mereka. Dan terutama kita harus pandai-pandai mensyukuri  nikmat kemerdekaan dan keamanan tanah air  yang kita rasakan sekarang ini . Rasa Syukur ini menjadi pemantik terus ditambahkannya usia kemerdekaan Republik ini, oleh Allah swt. Dan kita harus senantiasa berdo’a, agar kemerdekaan ini terus Allah berikan kepada Republik ini, sampai akhir zaman nanti.  

Sebagaimana Pengumuman Allah swt. dalam Al Qur’an Surat Ibrohim : ayat 7 ;

 

øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9 ÇÐÈ  

“Dan ( ingatla ), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

 

 

 

 

Hadirin Jama’ah Jum’at RK;

Seperti yang kita ketahui, bahwa generasi penerus kemerdekaan,  seperti kita dan generasi muda saat ini, harus meneladani nilai-nilai dan semangat dari para pahlawan.    Seperti keteguhan dalam memegang prinsip, keberanian, dan kesabaran dalam meraih tujuan.

Nilai-nilai ini harus diaplikasikan oleh semua elemen bangsa, untuk mengisi kemerdekaan sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing.

Adapun nilai-nilai kepahlawanan yang perlu ditanamkan pada generasi penerus bangsa, antara lain :

1.    Pertama adalah nilai “ Keteguhan” dalam memegang prinsip.  Para pahlawan kita oleh Allah dikaruniai keteguhan dan kekuatan hati, untuk senantiasa istiqamah dalam berjuang dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda dan iming-iming dari para penjajah . Mereka berjuang dengan pengorbanan jiwa raga, sehingga berhasil mengusir penjajah dari bumi pertiwi ini.

Kita sangat prihatin, karena sekarang ini masih banyak  orang-orang yang

mempergunakan kekuasaan dan uang, untuk kepentingan pribadinya, tanpa menginghiroukan orang lain, dan bangsa ini.  Mereka lupa atau melupakan diri, bahwa perbuatan yang mereka lakukan itu adalah bertentangan dengan cita-cita para Pendiri Republik ini.

Bahkan untuk memenuhi hasrat nafsunya itu mereka menggerogoti negara, dengan berani merusak konstitusi dan lembaga hukum.  Hal seperti ini berarti, mengkhianati Proklamasi, dan mengambil keuntungan dari hasil pengorbanan para pahlawan.

Sebagai sebuah ikhtiar batin, marilah kita banyak berdo’a, dengan do’a yang sangat populer,  dan termaktub dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 8:  Yaitu :

 

$oY­/u Ÿw ùøÌè? $oYt/qè=è% y÷èt/ øŒÎ) $oYoK÷ƒyyd ó=ydur $uZs9 `ÏB   y7Rà$©! ºpyJômu 4 y7¨RÎ) |MRr& Ü>$¨duqø9$# ÇÑÈ

(mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)".

 

2.    Kedua adalah “Keberanian”. Jika pahlawan dulu dengan berani berjuang dengan mengangkat senjata, bambu runcing,  untuk mengusir para penjajah, maka tugas kita saat ini sebagai penerus adalah berani berjuang untuk mengusir kebodohan, kebohongan, dan ketertinggalan sebagai modal menjaga kemerdekaan ini serta optimis dan berani menghadapi masa depan dengan menjadi jiwa yang kuat yang didukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3.    ​​​​​​​Ketiga adalah nilai “Kesabaran” dalam meraih tujuan. Kita perlu menyadari bahwa para pahlawan menghabiskan waktu mereka berjuang meraih kemerdekaan, bukan hanya dalam hitungan satu atau dua tahun saja. Mereka membutuhkan ratusan tahun, dari satu generasi ke generasi berikutnya, dengan tidak ada rasa putus asa dan lelah untuk memperjuangkan kemerdekaan ini.   Nilai-nilai kesabaran ini bisa kita aplikasikan dalam perjuangan kita mengisi kemerdekaan melalui kesabaran belajar bagi para generasi muda, kesabaran dalam bekerja bagi para orang tua, kesabaran dalam beribadah, dan kesabaran dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan zaman oleh seluruh elemen bangsa. Kesabaran bisa diibaratkan seperti obat atau jamu. Pahit rasanya saat baru mencicipi, namun lama kelamaan akan berbuah manis.​​​​​​​

 

Jamaah Jumat Rohimakumulloh;

 

Kita harus teguh memegang prinsip untuk mempertahankan kemerdekaan sekaligus berani menghalau pihak-pihak yang ingin menggangu kedamaian bangsa. Dengan kesabaran, kita harus terus membangun bangsa kita ini untuk meraih tujuan utama, yaitu “ Baldatun Thoyibatun wa Robbun Gofur. “

Semoga cita-cita luhur kita, senantiasa tercapai. Amiin ya Robbal ‘alamiiin. Demikianlah khutbah Jum’at kali ini, dan sebagai penutup saya ucapkan :  “Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 80, semoga kita senantiasa diselamatkan dari para perongrong dan pengkhianat bangsa.   Amin ya robbal ‘alamin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


 KHUTBAH JUM'AT Khutbah Jum’at Tgl. 8 Agustus 2025 di Masjid Al Istiqomah Lohbener   لحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَف...