Senin, 19 Januari 2015

KHUTBAH JUM'AT



KHUTBAH HARI AYAH 2014

 Di Masjid Al Istiqomah Lohbener


إِنَّ الحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أنْفُسِنَا وَسَيِّئاَتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِياً مُرْشِدًا، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، بَلَّغَ الرِّسَالَةَ، وَأدَّى الأمَانَةَ، وَنَصَحَ الأمَّة، وَجَاهَدَ فِى اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ حَتىَّ أتَاهُ اليَقِيْن. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسلم وَبَارك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدَ، وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهمْ بِإحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّينِ،
أمَّا بَعْدُ، فَياَ عِباَدَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال تعالى يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

Hadirin sidang jum’at  RK :

Di tengah kehidupan yang senantiasa berputar, dari waktu ke waktu, jumat demi jumat berlalu, seiring itu pula  khutbah demi khutbah kita perdengarkan untuk menyirami  hati yang penuh ketundukan dan mengha- rapkan keridhoaan Allah. Kemudian muncul kesadaran dengan tekad untuk menjadi hamba  Allah yang taat. Namun kadangkala dengan rutinitas yang kembali mengisi hari-hari kita kesadaran itu kembali tumpul bahkan luntur. Oleh sebab itulah melalui mimbar jumat ini khotib kembali mengajak hadirin, marilah kita berupaya dengan sungguh-sungguh memperbaharui keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt, memperbaharui kembali komitmen kita kepada Allah yang sering kita ulang-ulang namun jarang diresapi, sebuah komitmen yang mestinya menyertai setiap langkah kita adalah:
إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ  لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأنا من الْمُسْلِمِينَ
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah termasuk orang orang yang menyerahkan diri.
Hadirin sidang jum’at RK :
Dikisahkan bahwa Seorang ayah berumur 80 tahun dan anak lelakinya yang berumur 45 tahun sedang menikmati waktu bersama di beranda rumah. Si anak adalah seorang Profesor, Dr., yang sudah mapan dan memiliki keluarga yang bahagia. Namun ia hanya sesekali saja datang mengunjungi ayahnya yang sebatang kara di akhir pekan.
Situasi sore yang santai itu tiba-tiba terusik dengan kedatangan seekor burung yang tiba-tiba hinggap di pagar dekat tempat mereka duduk. Si ayah yang sudah tua dan matanya yang sudah sedikit rabun serta telinganya yang sudah mulai kurang mendengar, penasaran dan bertanya pada anaknya, “Burung apakah itu anakku ?”
“Itu burung gagak,” jawab si anak.
Setelah beberapa menit, si ayah bertanya lagi, “Burung apakah itu?”
“Aku baru saja memberitahumu. Itu burung gagak, ayah!” si anak menjawab dengan ekspresi muka yang kesal.
Si burung yang bertengger di pagar belum terbang, si ayah kembali bertanya untuk yang ketiga kalinya.
“Burung apa itu?”
Dengan raut muka yang semakin kesal dan nada yang keras, si anak menjawab lagi, “Itu gagak, burung gagak. Jelas ?!”
Tidak hanya berhenti di situ, sang ayah yang tua renta kembali bertanya pada anaknya untuk keempat kalinya, “Burung apa itu, nak?”
Si anak semakin kesal dan mulai marah, ia merasa sebal karena ayahnya yang tua itu sudah tidak bisa lagi berpikir jernih, “Kenapa kamu terus bertanya seperti itu? Kamu ini tidak bisa mendengar atau bagaimana? Itu burung gagak. BURUNG GAGAK!” teriaknya.
Sang ayah kemudian berjalan tertatih ke kamarnya. Saat keluar ia membawa sebuah buku diary / catatan harian yang sudah usang. Semasa muda, sang ayah gemar menulis kegiatan hariannya di buku tersebut termasuk saat si anak, sang profesor ini masih kecil.
Pria tua itu membuka sebuah halaman dan menyuruh anaknya untuk membaca tulisan di halaman tersebut.
Bunyi catatan harian itu adalah : “Hari ini anak laki-lakiku berumur tiga tahun. Ia sedang duduk di pangkuanku. Kami melihat seekor gagak hinggap di dekat jendela. Anak laki-lakiku yang aku sayangi bertanya 23 kali tentang binatang yang baru dilihatnya untuk pertama kali itu dan akupun menjawabnya sebanyak 23 kali, berusaha memberitahunya bahwa itu adalah seekor burung gagak.
Aku memeluknya dengan penuh kasih sayang setiap kali ia bertanya padaku. Aku merasa senang karena anakku sudah mulai serba ingin tahu tetang sesuatu. Aku sama sekali tidak merasa terganggu karena aku sangat menyayangi anakku.”
Dari cerita ini kita bisa melihat bagaimana terkadang kita telah memperlakukan orangtua kita, ayah kita dengan semena-mena. Kita tidak ingat bahwa semasa kecil, mereka dengan sabar mengajari dan mendidik kita hingga bisa tumbuh dewasa seperti sekarang ini.
Jadi saat orangtua kita sudah beranjak tua, jangan pernah menyia-nyiakan mereka. Ingatlah pengorbananan ayah atau ibu kita semasa kita masih kecil. Sayangilah mereka seperti mereka menyanyangi kita dulu.

Ayah memiliki porsi yang tak kalah penting dari seorang ibu.
Ayah adalah sosok orang tua sekaligus kepala rumah tangga yang sangat luar biasa. Beliau adalah tulang punggung keluarga untuk menghidupi kita semua.
Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun.

Ayah membiarkan kita menang dalam permainan ketika kita masih kecil, tapi dia tidak ingin kita membiarkannya menang ketika kita sudah dewasa.

Ayah jarang ada di album foto keluarga, karena dialah yang selalu memotret kita.

Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu) .

Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan, bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti berenang di air setelah ia melepaskanya.

Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya jawabannya.

Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi ia bertujuan agar engkau menjadi orang sukses.

Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang dan tidak takut jatuh.

Ayah akan sangat senang membelikanmu makanan selepas ia pulang kerja, walaupun dia tak dapat sedikitpun bagian dari makanan itu

Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika melihat pawai lewat.
Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.

Ayah menganggap bahwa engkau harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya bila engkau salah memilih jalan hidup.

Ayah percaya bahwa orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menunggumu.

Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memenuhi apa yang kamu butuhkan.....

Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin berbicara dengannya.

Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap bulan,  meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya....dan berapa banyak cucuran keringatnya.

Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu....

Ayah akan berkata ,, tanyakan saja pada ibumu" Ketika ia ingin berkata ,,tidak"

Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin.

Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepergok menghisap rokok dikamarnya.

Ayah mengatakan ,, tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan"

Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu hal yang baik persis seperti caranya....

Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri....

Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.

Ayah tidak suka meneteskan air mata .... ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya,dan ketika kamu dalam bahaya, tetapi hatinya cukup tersayat-sayat ketika kamu nampak sengsara.

Tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak  kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.
Ayah pernah berkata :" kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin mendaptkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya"

Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: ,, jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu , berikan yang lebih baik untuk menantu dan
cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu"

Dan Untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan:  " Jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa
melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu"
Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik....

Ayah selalu berdoa agar kita menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat, walaupun kita jarang bahkan jarang sekali mendoakannya

Yang terpenting adalah... …..Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Tuhan, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cinta-Nya, karena diapun mencintaimu karena cinta-Nya.

Betapa cintanya Allah kepada kedua orang tua kita, sehingga Allah mengajarkan kepada kita, agar kita menyayangi kedua orang tua kita, dan balas budi kepada kedua orang tua, disejajarkan demgan balas budi kepada Allah. Allah swt.berfirman dalam surat Luqman :

$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur¥n<Î) çŽÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ  

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu - bapanya;  ibunya telah mengan dungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Hadirin Rohimakumulloh :

Karena alasan itulah, di samping Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal  22 Desember,  rakyat  Indonesia  mulai memperingati Hari Ayah Nasional setiap tanggal 12 November.

Perayaan Hari Ayah di Indonesia memang belum sepopuler Hari Ibu. Perayaan yang juga bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional ini lahir dari prakarsa sebuah komunitas lintas agama pada 2006 silam.

Uniknya, para pemrakarsa Hari Bapak Nasional ini bukanlah kaum ayah. Melainkan para wanita. Kaum ibu yang tergabung dalam Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) menggelar deklarasi Hari Ayah pada 12 November 2006 di Pendopo Gede Balaikota Solo, Jawa Tengah.

Seperti dikutip dari laman Sumenep.go.id, Rabu (12/11/2014), deklarasi juga digelar bersamaan oleh beberapa anggota PPIP lainnya di Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Ketua PPIP kala itu, Gress Raja mengatakan, Hari Bapak lahir karena figur ayah sebagai bagian dari keluarga juga memegang peran sangat penting dalam pembentukan karakter keluarga. Bapak dan ibu adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Oleh karena itu dalam rangka mengisi HARI AYAH Nasional ke - 9 ( 12 Nopember 2014 ) dan Hari Ibu ke-86, 22 Desember 2014 nanti, marilah kita berikan kasih sayang kepada kedua orang tua kita, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kita di waktu kecil. Dan apabila kedua orang tua kita telah tiada, do’a-kanlah mereka sebagaimana do’a yang allah ajarkan kepada kita :

“ Allahumagfirli dunubi, waliwalidayya, warhamhuma kama robbayani shogiro.”

“ Ya Allah ampunilah aku, dan kedua orang tuaku, dan sayangilah mereka, sebagaimana mereka menyayangi –ku di waktu kecil.”

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ  اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

Kamis, 15 Januari 2015

KHUTBAH JUM,AT

Khutbah Jum’at :  16 – 1 – 2015,  Masjid Istiqomah Lohbener

MENAJAMKAN SYUKUR, MENGURANGI KUFUR


اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ وَصَوَّرَهُ مِنَ الْعَدَمِ. وَقَدَّرَ رِزْقَهُ وَاَجَلَهُ وَعَلَيْهِ بِكَأْسِ الْمَنُونِ قَدْحَكَمَ, وَقَضَى عَلَيْهِ اِمَّا بِالشَّقَاوَةِ وَاِمَّا بِا لسَّعَادَةِ. وَقَدْ حَكَمَ بِذَالِكَ وَمَا ظَلَمَ. اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى مَا اَعْطَى وَقَسَمَ. وَاشْكُرُهُ عَلَى مَا اَوْلاَ نَا مِنَ النَّعَمِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا  اَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَاللهِ اَوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِـتَقْوَى اللهِ. اَلَّذِى شَرَّفَ مُحَمَّدًا بِاالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ لِمَصْلَحَةِ عَا مَّةٍ فِى الْعَا لَمِيْنَ.
قَالَ العَلِيٌ  : تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ تُعْرِفُوا بِهِ, وَاعْمَلُوابِهِ تَكُونُوامِنْ اَهْلِهِ.
وَقَالَ : اَلْعَامِلَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَالسَّائِرِعَلَى غَيْرِ طَرِيْقٍ, فَلاَ يَزِيْدُهُ بُعْدُهُ عَنِ
الطَّرِيْقِ الْوَاضِحِ إِلاَّ بُعْدًا مِنْ حَاجَتِهِ. وَالْعَامِلٌ بِا الْعِلْمِ كَالسَّائِرِ عَلَى
الطَّرِيْقِ الْوَاضِحِ. فَلْيَنْظُرْ نَاظِرٌ: أَسَائِرٌ هُوَ أَمْ رَاجِعٌ!

Jamaah Jumat RK,


Di majlis yang mulia ini, terlebih dahulu marilah kita menghaturkan rasa syukur  kehadirat Allah Swt. Kita syukuri segala hal maupun segala keadaan yang saat ini menyelimuti jiwa raga kita. Apapun keadaannya, bagaimanapun kenyataannya, ia adalah hal terbaik yang dianugerahkan Allah pada diri kita. Kita harus pandai mensyukurinya. Masih banyak saudara kita di luar sana yang jauh kurang beruntung. Ditimpakan keadaan ataupun cobaan yang jauh lebih berat, yang seandainya cobaan tersebut ditimpakan pada diri kita, bisa  jadi, tak kuasa menjalaninya. Sehingga tidak bisa merasakan kebahagiaan sebagaimana kita rasakan sekarang.
Demikian pula keadaan sekarang yang relatif pas-pasan, atau bahkan mung kin kurang,  dibanding mereka yang mendapat kebahagiaan dan rezeki yang melimpah, kita pun harus pandai mensyukurinya. Sebab, belum tentu kebahagian dan rezeki yang melimpah itu mengantarkan penerimanya pandai bersyukur. Terkadang malah hanyut di dalamnya. Hanyut dalam kebahagiaan dan kesenangannya. Kemudian lupa mensyukurinya. Sejarah dan pengalaman membuktikan, ketika kebahagiaan dan rezeki berlimpah, terkadang bisa menelikung penerimanya, menjadikan rasa syukurnya berkurang, kurang prihatin, dan kurang waspadanya. Sehingga mampu melemahkan kumadep dan dzikirnya. Walaupun tidak jarang pula dengan kebahagiaan dan rezeki melimpah itu mampu mengantar penerimanya tambah bersyukur dan kumadepnya pada Yang Maha Kuasa.

Oleh karena itu, Jamaah Jumat RK,

Sekali lagi, mari kita jadikan syukur menjadi suatu yang sangat penting dalam hidup kita, untuk dihayati, direnungkan, dan dipraktekkan,  dalam segala keadaan maupun aktifitas. Cukup tidak cukup, enak tidak enak, sedang bahagia ataupun tidak, kesemuanya disyukuri secara mendalam. Mengiringi ajegnya nafas yang keluar masuk dalam dada, yang tanpa kita mintapun diberi dengan sangat murah, tak terhingga nilainya.

    Bilamana sebaliknya, rasa syukur itu tidak mendapat perhatian yang seksama, terlindih oleh berbagai macam keadaan maupun aktifitas, tentu akan dengan mudah terjebak dalam kekufuran.  Sebagaimana ketentuan Nya, wa lain kafartum inna 'adzabi lasyadid. Adzab Allah itu sungguh sangat pedih bagi mereka yang mengkufuri segala nikmat-Nya, baik nikmat yang menyenangkan-membahagiakan, maupun nikmat yang  menyusah kan , menyengsarakan. Yang tentunya, kita semua harus menghindar dengan  sekuat-kuatnya .

Jamaah Jumat  RK,

Menajamkan syukur dan mengurangi jeratan kufur jelas bukan perkara mudah. Sebab, dada kita terlanjur mudah terisi butiran-butiran kufur. Tanpa disadari telah terbiasa melakoninya. Buktinya, masih mudahnya hati kita gonjang ganjing terbawa suasana. Senang susah, kecewa bahagia,  lemah semangat dan seterusnya. Apalagi, sedikitnya ada 3 ketentuan yang mengindikasikan bahwa anak cucu Adam ini sulit terlepas dari cengkeraman kufur.

Pertama, Firman Allah dalam QS. Al-Ahzaab : 72 Innahu kaana dzaluman jahuula. Sesungguh-nya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh.

Kedua, Firman Allah dalam QS. Al-Ma'aarij : 19
¨bÎ) z`»|¡SM}$# t,Î=äz %·æqè=yd ÇÊÒÈ
Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.

Ketiga, sabda Nabi SAW : al insaanu mahalul khatha wa nisyan.   Sesungguhnya manusia itu tempatnya salah dan lupa.

Jamaah Jumat rahimakumullah.

Ketiga ketentuan tersebut, bila dicermati secara mendalam, seolah - olah memupus harapan agar terbebas dari jeratan kufur. Bisa dibayangkan, ketika masih berada di alam dzar atau alam arwah, jiwa raga yang masih belum terbentuk, apalagi akal pikiran, telah divonis oleh Allah sebagai makhluk dzaluman jahula. Setelah terlahir di dunia, sifatnya yang selalu keluh kesah, selalu kurang, lagi kikir. Dilengkapi pula dengan tempatnya salah dan lupa. Seolah melengkapi, dan menyempurnakan watak “zaluman jahula”
Namun demikian, manusia tetaplah manusia yang tidak bisa apa-apa dan tidak ada apa-apanya, tetap diperintah untuk berikhtiyar dan bertawakkal. Perkara hasil atau tidaknya urusan Yang Maha Kuasa. Adapun usaha untuk menajamkan syukur dan mengurangi jeratan kufur adalah:
Pertama, Memahami dengan baik makna ungkapan  “man ‘arofa nafsahu faqod ‘arofa Rabbahu, wa man ‘arofa Rabbahu faqod jahula nafsahu”. barang siapa mengenali jati dirinya sendiri tentu akan mengenali Jati Diri Tuhannya, dan barang siapa mengenali Jati Diri Tuhannya tentu akan mengetahui “bodoh”-nya diri. Sehingga silogismenya, barang siapa mengenali dirinya sendiri, tentu akan mengenali bodohnya diri.
Konkritnya, pengenalan terhadap jati diri manusianya sendiri, bisa dilakukan bila mengenal dengan benar Jati Diri Tuhan. Sedang pengenalan akan jati diri Tuhan, hanya dapat dilakukan bilamana ditanyakan (atau tepatnya digurukan) langsung pada yang diutus Tuhan untuk mengenalkannya. Sebab, hanya sang utusan itulah yang mengajarkan secara langsung ajaran suci-Nya. Yang ditugasi memperkenalkan Jati Diri Al-Ghaib Tuhan pada hamba yang telah menjadi kehendak-Nya. Kemudian setelah mengenal Jati Diri Tuhannya, selanjutnya memproses diri sebagaimana petunjuk tuntunan arahan yang telah mengenalkan ilmunya. Kemudian hanya melalui ampunan dan hidayah Tuhan semata, yang akan mengangkat pengertian dan pemahaman hamba, menyadari seyakin-yakinnya bahwa hamba ini ternyata memang bodoh. Tidak bisa apa-apa dan tidak ada apa-apanya.   ”Dzaluman jahula.”

Jamaah Jumat RK,

Kedua, Mencermati dan berusaha melaksanakan fatwa Imam Ali RA.
تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ تُعْرِفُوا بِهِ, وَاعْمَلُوابِهِ تَكُونُوامِنْ اَهْلِهِ
Pelajarilah ilmu, niscaya kalian akan dikenal dengannya, dan amalkanlah ilmu yang kalian pelajari itu, niscaya kalian akan termasuk ahlinya.
Konkritnya, di dalam mendapatkan kebisaan atau kepahaman atas suatu perkara, apalagi menjadi ahli didalamnya, satu-satunya syarat adalah harus mempelajari ilmunya. Ilmu yang membahas, mengatur, dan mengupas tuntas perihal perkaranya. Dengan cara, ditanyakan langsung pada sang ahli perihal ilmu bidangnya.
Fatwa ini tidak membicarakan satu bidang ilmu tertentu, melainkan semua ilmu yang memungkinkan untuk dipelajari. Kuasa menjalaninya. Termasuk didalamnya, ilmu khos tentang pengenalan Jati Diri Tuhan, yang mampu mengantar pelakunya wa’bud rabbaka hatta ya’tiyakal yaqin, dan mengurangi diri dari jeratan kufur.

Ketiga, Memahami dengan seksama rambu-rambu ilmu beserta pengamalannya, sebagaimana fatwa Imam Ali di muka :

اَلْعَامِلَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَالسَّائِرِعَلَى غَيْرِ طَرِيْقٍ, فَلاَ يَزِيْدُهُ بُعْدُهُ عَنِ الطَّرِيْقِ الْوَاضِحِ إِلاَّ بُعْدًا مِنْ حَاجَتِهِ. وَالْعَامِلٌ بِا الْعِلْمِ كَالسَّائِرِ عَلَى الطَّرِيْقِ الْوَاضِحِ. فَلْيَنْظُرْ نَاظِرٌ: أَسَائِرٌ هُوَ أَمْ رَاجِعٌ
Orang yang beramal tanpa ilmu, seperti orang yang berjalan bukan di jalan. Maka, hal demikian tidak menerangi jalannya kecuali semakin jauh dari kebutuhannya. Dan orang yang beramal dengan ilmu, seperti orang yang berjalan di atas jalan yang terang. Maka, hendaklah seseorang memperhatikan, apakah dia berjalan, ataukah malah kembali.

Keempat, Perlu mengasah akal dengan rutin, dan serius, disertai dengan sabar, tawakkal. Sebagaimana fatwa Imam Ali yang lain: Akal adalah naluri, sedangkan yang mengasuhnya adalah berbagai pengalaman. Akal adalah buah pikiran dan pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui. Akal adalah yang menghidupi ruh, sedang ruh adalah yang menghidupi badan. Pemberdayaannya perlu usaha serius yang rutin. Dibarengi dengan sikap sabar dan tawakkal. Sebab seserius bagaimanapun, dan serutin apapun suatu usaha, tanpa dibarengi sabar dan tawakkal, tidak akan membuahkan. Sesuatu yang sempurna. Sebab hanya Tuhan sendiri yang pada akhirnya menurunkan dan mengabulkan serangkaian usaha yang dilakukan manusia.
Jamaah Jumat RK,

Sedikit uraian di atas kiranya mampu membuka dan mencerahkan hati dan fikiran kita. Mampu menambah keyakinan akan pentingnya makna belajar. Sehingga, pada gilirannya, mampu meningkatkan iman dan taqwa kita walau hanya seper seribu derajad di sisi-Nya.
Semoga, serangkaian ibadah kita di siang ini diterima sebagai sebuah lakon adegan pendekatan pada-Nya, menjadi sarana turunnya ampunan dan hidayah-Nya. Serta mendapat limpahan  sawab dan berkah Rasulullah saw.  Amin ya Robbal alamin.

جَعَلَنَا اللهُ  وَاِيَّـاكُمْ مِنَ الْفَا ئِزِيْنَ الْاَمِنِيْنَ. وَاَدْخَلَنَـا وَاِيَّـاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَـادِهِ الصَّـالِحِـيْنَ. اَعُوْذُبِا اللهِ مِنَ الشَّيْطَانَ الرَّجِيْمِ. فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَاَصْلَحَ فَاِنَّ اللهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ اِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحِيْمٌ.
 وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَرْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُا الرَّاحِمِيْنَ.


KESEHATAN

  TENTANG PERANGKAT AJAR KESEHATAN   Permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja sangat luas dan perlu mendapat intervensi pada...