Jumat, 15 Juli 2022

KHUTBAT JUM'AT TGL.15 -10- 2021


Khutbah Jum’at Tgl.15 Oktober 2021

Di Masjid Al Istiqomah Lohbener

Oleh : H.Al Asy'ari, S.ag.M.Si.


اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

 

Maasyirol Muslimin RK :

Alhamdulillah, mari kita sama-sama bersyukur pada Allah swt, yang menciptakan kita dan yang menghidupkan kita. Dimana pada siang hari ini, kita masih diberi kesempata hidup sampai bulan Robiul awwal atau bulan Maulid tahun ini. Dimana Setiap jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal, umat Islam selalu merayakan datangnya maulid Nabi Muhammad SAW. Demikian itu tidak lain merupakan sebuah warisan budaya atau peradaban Islam yang diperingati secara turun-temurun oleh umatnya. Jika dikaji dari catatan historis (tarekh), maulid telah dimulai sejak zaman Kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Siti Fatimah az-Zahrah binti Muhammad saw. Asal muasal pelaksanaan perayaan maulid ini dilaksanakan atas usulan panglima perang bernama Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-1193 M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan hari kelahiran (mulud) Nabi Besar Muhammad SAW.

Adapun Ending dari peringatan itu adalah untuk mengembalikan semangat juang umat Islam dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Zionis Yahudi. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat jihad umat Islam menggelora pada saat itu. Secara subtansial dapat dikatakan perayaan maulid nabi adalah sebagai bentuk upaya untuk mengenal akan ketauladanan Nabi Muhammad  SAW. atas risalah kerasulan nya, untuk menyiarkan Dinul Islam.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam catatan sepanjang sejarah kehidupan, Nabi Muhammad SAW. adalah pemimipin besar yang sangat luar biasa dalam memberikan tauladan agung bagi umatnya. Dalam konteks ini maulid harus juga diartikulasikan sebagai salah satu upaya transformasi diri atas kesalehan umat Islam. Yaitu sebagai semangat baru (spirit) untuk membangun nilai-nilai profetik agar tercipta masyarakat madani ( Civil Society ) yang merupakan bagian dari demokratisasi, seperti adanya sikap toleransi (tasamuh), transparansi (tabligh), anti kekerasan, kesetaraan gender, cinta lingkungan hidup, pluralisme, keadilan sosial, ruang bebas partisipasi, dan humanisme.

Dalam tatanan sejarah sosiologis antropologis Islam, Nabi Muhammad SAW. dapat dilihat dan dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi satu sama liannya.


Dimensi pertama, dapat dilihat dan dipahami dari perspektif sosial-politik ke-Islaman ( siasyah syariah ), bahwa Nabi Muhammad SAW. di samping sebagai nabi dan rasul juga sebagai imamul ummah  

( Pemimpin Negara ), dari sini beliau sebagai sosok politikus ulung dan handal. Sosok individu beliau yang sangat identik sekali dengan sosok seorang pemimpin yang adil, egaliter, toleransi, humanis, serta non-diskriminatif dan hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan masyarakat sosial bangsa Arab masa itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang sejahtera, damai dan tentram di bawah ampunan Rabbnya. ( baldatun thayyibatun warabbun ghafuur).


Dimensi kedua, dapat dilihat dan dipahami dari perspektif teologis-religius, bahwa Nabi Muhammad SAW. sebagai sosok nabi sekaligus juga sebagai rasul akhir zaman dalam tatanan konsep ke-Islaman. Hal ini beliau diposisikan sebagai sosok manusia sakral yang merupakan wakil Tuhan di dunia yang misi utamanya adalah bertugas membawa, menyampaikan, dan mengaplikasikan segala bentuk pesan suci (kudus) dari Tuhan kepada umat manusia secara universal              .

Nah dalam kesempatan ini rasanya sudah datang saatnya bagi umat Islam untuk kembali memulai (merekonstruksi)

 memahami arti tanggal 12 Rabiul Awal yang sering disebut maulid secara lebih mendalam dan fundamental, sehingga tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok nabi dan rasul terakhir, yang sarat dengan serangkaian ritual-ritual sakralistik-simbolik ke-Islaman semata, namun jauh dari itu sesungguhnya menjadikannya sebagai kelahiran sosok pemimpin yang membawa spirit reformasi dan restorasi menuju perubahan  dalam tataran kepemimpinan umumnya dan kepemipinan peradilan khususnya, dalam rangka menuju peradilan yang seadil-adilnya. Karena bukan menjadi rahasia lagi bila saat ini bangsa Indonesia ini sedang membutuhkan sosok pemimpin yang mampu merekonstruksikan suatu citra kepemimpinan dan masyarakat sosial yang ideal, egaliter, toleran, humanis dan nondiskriminatif, sebagaimana yang pernah dipraktekan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. untuk seluruh umat manusia (rahmatan linnas). Sehingga kontekstualisasi maulid tidak lagi dipahami dari perspektif ke-Islaman semata, melainkan juga harus dipahami dari berbagai perspektif dan dimensi yang menyangkut segala persoalan dalam kehidupan umat manusia, dalam berbangsa dan bernegara, seperti aspek persoalan penegakkan hukum, politik, sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, maupun agama.


HadirinSidangJum’atRK:


Ketika mengingat sosok Nabi Muhammad SAW. terutama disaat maulid setiap tahun sering diceritakan spektrum tentang latar belakang biografi beliau serta perjalanan hidup dalam memipin umatnya. Sehingga wajar ada yang semakin rindu dengan sosok beliau, apalagi ditengah kedangkalan akhlak  serta budi pekerti yang merosot saat ini, merindukan sosok pemimpin sebagaimana sosok bijaksana dari Nabi Muhammad SAW.  Bersamaan dengan itu masyarakat sedang membutuhkan dan mengidamkan sosok pemimpin yang mampu merekonstruksikan suatu citra kepemimpinan yang ideal, egaliter, toleran, humanis dan nondiskriminatif.

Salah satu sikap mulia yang lekat dan yang paling menonjol dengan kepribadian Nabi Muhammad SAW.              . adalah sifat“shiddiq” (kejujuran, integritas)

Yang akhir-akhir ini kejujuran sudah sulit didapat, yang ada kebohongan demi kebohonga, kebohongan yang pertama ditutupi oleh kebohongan berikutnya. Dengan sifat ini Rosululloh diganjar dengan julukan al Amin oleh masyarakat setempat, baik pengikutnya maupun yang memusuhinya. Selain bakat kepemimpinan yang menonjol, sejak usia belia, beliau sudah terlibat gerakan moral Hilful Fudul atau sumpah keutamaan. Yang di zaman sekarang disebut “Revolusi Akhlak“ Sebuah gerakan demi membela rasa keadilan dan kebenaran terhadap siapapun dan dalam kondisi apapun. Jujur dan berani menanggung risiko, itulah warisan mulia kepemimpinan nabi yang mestinya ditauladani oleh para pemimpin di negeri ini pada umumnya, dan khususnya pimpinan peradilan. Faktanya, kadangkala amat susah menemukan elite negeri ini bersikap dan berperilaku mencontoh kepemiminan Nabi. Rasanya untuk menemukan sebuah arti kejujuran saja

sudah sulit, tak obahnya sesulit mencari jarum dalam tumpukan jerami. Padahal kejujuran dari ungkapan kata-kata saja belum cukup memadai untuk menjadi modal bagi seorang pemimpin. Fakta sulitnya menemukan kejujuran itu berbanding terbalik dengan anjuran meneladani sikap dan perbuatan Nabi.    

Di corong-corong mimbar maupun dalam teks-teks tulisan, hampir saban waktu mendengar para pemimpin dan penganjur mengajak untuk mencontoh sikap dan perilaku Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi yang dijumpai akhir-akhir ini justru kian lekatnya hipokrisi atas fakta yang sudah telanjang. Kadangkala masyarakat masih saja dipertunjukkan bahwa kejujuran masih terus dikalahkan oleh kepentingan sempit yang bersifat jangka pendek, kebenaran hukum telah dikalahkan oleh kepentingan politik sesaat, hukum telah dijungkirbalikan oleh kemauan elit politik sehingga hukum tidak lagi menjadi panglima.

Menjadi seorang pemimpin yang katanya menempatkan Nabi Muhammad SAW. sebagai tauladan terdepan ( uswatun Hasanah ) sudah seharusnya berani pula mengambil segala risiko dan bertanggungjawab atas segala akibat kepemimpinan. Bukan justru malah sebaliknya buang badan dan melemparkan tanggung jawab itu kepada anak buah,  tepatlah dikatakan oleh orang bijak “ibarat lempar batu sembunyi tangan”. Bukan pula seorang pemimpin yang gemar menyebut orang lain telah memfitnahnya padahal yang hendak disuarakan oleh orang itu adalah kebenaran sesungguhnya, atau justru malah tidak tahu akan kebijakan yang telah diperbuat oleh bawahannya sehingga lepas tanggung jawab ketika muncul persoalan. Maulid nabi bukan sekadar peringatan untuk seruan dan ajakan.

Maulid nabi merupakan momentum untuk merenung dan mulai berbuat sesuai apa yang diajarkan dan diperbuat oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk para pemimpin di negeri ini, maulid nabi seyogianya menggerakkan hati nurani terbentuk pola diri untuk jujur, berani mengambil risiko, dan bertanggungjawab atas akibat dari kepemipinannya.

Sifat shiddiq artinya benar, bukan hanya sekedar perkataannya saja yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar, sehingga antara perbuatan sama dengan ucapannya. Jangan sampai pemimpin yang hanya kata-katanya yang manis di mulut, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya. Nabi Muhammad SAW. merupakan satu sosok figur yang sangat mempesona, sopan dalam bertutur kata, jujur manakala bicara sepanjang hayatnya, tidak pernah berdusta serta luhur budi pekertinya. Hal inilah yang membuat orang-orang terkagum-kagum kepada beliau bahkan dari dulu sampai saat ini semua orang di penjuru dunia mengagumi profil beliau, memiliki integritas kepribadian yang sangat luar biasa. Beliau mempunyai perilaku dan akhlak yang sangat mulia terhadap sesama manusia, khususnya terhadap umatnya tanpa membedakan atau memandang seseorang dari status sosial, warna kulit, suku bangsa atau golongan tertentu. Beliau selalu berbuat baik kepada siapa saja bahkan kepada orang jahat sekalipun atau orang yang tidak suka kepadanya.

Eksistensi sifat shiddiq, memiliki pengertian bahwa pemimpin selalu dianggap berada dalam tataran  slogan kebenaran dan jujur dalam ucapan dan perbuatannya. Segala sesuatu yang diucapkan jangan pernah ada punya tendensuis pribadi atau didasari oleh interest dan emosional pribadi, tetapi semua yang diucapkan olehnya didasari atas panduan bisikan hati nurani. Integritas adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode, langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika kepemimpinan, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja atau akurasi dari tindakan seseorang. Integritas dapat dianggap sebagai kebalikan dari kemunafikan,   yang menganggap konsistensi internal sebagai suatu kebajikan, dan menyarankan bahwa pihak-pihak yang memegang nilai-nilai yang tampaknya bertentangan harus account untuk perbedaan atau mengubah keyakinan mereka. Dengan demikian, seseorang dapat menghakimi bahwa orang lain memiliki integritas sejauh bahwa mereka bertindak sesuai dengan, nilai dan prinsip keyakinan mereka mengklaim memegang.  Integritas (shiddiq) seorang penegak hukum adalah landasan penting dari setiap sistem berdasarkan supremasi dan objektivitas hukum.

Menurut Burt Nanus dalam “The Seven Keys to Leadership in a Turbulent World”, integritas itu dimana seorang pemimpin berlaku fair, jujur, terpecaya, peduli, terbuka, loyal, dan punya komitmen yang tinggi. Melakukan yang benar dalam pekerjaan adalah benar (haq) meskipun orang lain tidak melakukannya, sedangkan melakukan yang salah (bathil) adalah tetap salah meskipun orang lain melakukannya. Disinilah seorang pemimpin dituntut untuk memiliki moralitas yang tinggi dalam menjalankan kepemimpinannya. Karena sesungguhnya tindakan itulah yang dapat menjamin kemajuan. Bekerja juga harus membuang prinsip hanya mencari keuntungan besar semata atau hanya sekedar lepas dari tanggung jawab. Pekerjaan yang baik dengan sifat shiddiq adalah manajemen yang dijalankan secara jujur, adil, sehat dan tidak sampai mendzalimi bawahannya bahkan jangan sampai merugikan negara.

Karakteristik sebuah integritas ini wajib dibangun dalam tiap pimpinan dalam level apapun hingga menyatu dalam karakter kepemimpinannya. Tekad untuk mewujudkan karya terbaik berdasarkan karakter integritas merupakan landasan utama keberhasilan sebuah instansi menghadapi sebuah kemajuan maupun menjadikan dirinya sebagai yang terpuji dan terpercaya. Suatu tekad yang bukan saja strategis tapi juga semakin langka diterapkan dalam budaya kerja saat ini.

Disamping sifat shiddiq sifat amanah (akuntabel) yaitu jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh penduduk Makkah dengan gelar al Amin yang artinya terpercaya jauh sebelum beliau diangkat jadi nabi dan rasul. Apa pun yang beliau ucapkan, penduduk Makkah mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang pembohong. Akuntabel  mempunyai pengertian bahwa Nabi Muhammad SAW. selalu menjaga amanah yang diembannya dan bisa dipertanggunjawabkan. Beliau tidak pernah menggunakan wewenang (kompetensi) dan otoritasnya sebagai nabi dan rasul atau sebagai pemimpin bangsa Arab untuk kepentingan pribadi, keluarga dan sukunya, namun yang dilakukan beliau semata untuk kepentingan Islam semata. Sebagai contoh dalam suatu riwayat diceritakan bahwa salah seorang sahabat yang bernama Abu Thalhah pernah memberikan sebidang tanah yang subur kepada beliau tapi beliau tidak menggunakan tanah itu dengan seenaknya, tetapi beliau mencari sanak saudara Abu Thalhah yang berkehidupan kurang layak dan memberikan tanah itu untuk mereka, supaya taraf perekonomian mereka meningkat.

Bahwa amanah merupakan salah satu dari sifat wajib bagi para nabi dan rasul. Amanah artinya dapat dipercaya, lawannya adalah khianat. Pemimipin yang dipercaya artinya segala kegiatan baik ucapan maupun perbuatannya selalu dipercaya dan diyakini oleh bawahannya suatu kebenaran. Seseorang pimpinan dapat dikatakan dapat dipercaya, apabila ia dapat melaksanakan amanah atau kepercayaan dari orang lain kepadanya. Sifat amanah ini sejak kecil dimiliki oleh nabi, karena sifat amanahnya ini dipercaya menggembala kambing milik pamannya dan tetangganya. Atau ketika dipercaya membawa barang dagangan Siti Khadijah. Keadaan wajib menanggung segala sesuatunya,tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja, tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Nabi Muhammad SAW. dikenal sebagai orang yang jujur dan teguh memegang janji. Jika ada orang yang hendak menitipkan barang, maka yang dicari adalah Nabi Muhammad SAW. Ia sering mengorbankan kepentingan sendiri hanya untuk menepati janji. Suatu hari beliau pernah menjual beberapa ekor unta. Setelah terjual dan pembelinya pergi, beliau teringat bahwa ada di antara unta yang dijual itu yang cacat. Beliau segera menyusul pembeli tersebut dan mengembalikan uangnya. Oleh karena itu, tidak heran jika semua penulis sejarah mengatakan bahwa beliau ini mendapat gelar al Amin.

Seorang pimpinan baru dapat dikatakan amanah jika hasil pekerjaan tidak ada penyelewengan atas jabatannya dan tidak takut ketika diaudit oleh akuntan publik karena memang ia bekerja di jalannya (rel yang benar). Jangan sampai pimpinan ketika tidak menjabat lagi justru malah berurusan dengan aparat penegakkan hukum karena terindikasi adanya penyalahgunaan dan penyelewenangan wewenang selama memangku jabatan, potret kepemimpinan seperti inilah rasa-rasanya terekam dalam benak masyarakat ketika menonton, mendengar dan membaca dari mass media terlalu banyak pembesar negeri ini ketika masih menjabat, atau diakhir masa jabatannya bahkan ketika pensiun malah menjadi penghuni hotel prodeo akibat menjalahi standar operasional prosedur yang telah ditentukan.

Disamping sifat amanah, sifat yang ditonjolkan Nabi Muhammad SAW. adalah tabligh artinya menyampaikan (transparansi). Segala firman Allah SWT. sebagai titipan yang ditujukan untuk manusia, disampaikannya tanpa dipotong atau disunat satu ayatpun. Tidak ada yang disembunyikan meski itu menyinggung persaannya. Tabligh (transpran) sifat ini mempunyai pengertian bahwa beliau selalu menyampaikan segala sesuatu yang diwahyukan Allah SWT. kepadanya meskipun terkadang ada ayat yang substansinya menyindir beliau seperti yang tersurat dalam surat Abbasa, dimana Rasulullah mendapat teguran langsung dari Allah SWT. pada saat beliau memalingkan mukanya dari Abdullah Ummu Maktum yang meminta diajarkan suatu perkara  sama sekali tidak disembunyikan oleh beliau. Beliaupun tidak merasa kwatir reputasinya akan rusak dengan sindiran Allah SWT. tersebut, justru sebaliknya para sahabat tambah meyakini akan kerasulan beliau.

Tabligh juga dapat diartikan bahwa sebuah media komunikasi yang memiliki korelasi yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Kemampuan berkomunikasi akan menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Setiap pemimpin memiliki pengikut guna merealisir gagasannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Disinilah urgensinya kemampuan berkomunikasi bagi seorang pemimpin, untuk mempengaruhi perilaku bawahannya. Inilah hakekatnya dari suatu manajemen dalam organisasi. Nabi Muhammad SAW. dikenal sebagai komunikator ulung. Beliau berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti sesuai kadar intelektualitas dan lingkup pengalaman orang yang dihadapinya.

Dalam teori komunikasi itu disebut sebagai frame of reference (kerangka dasar ilmu pengetahuan) dan field of experience (lingkup pengalaman). Jauh sebelumnya, yakni empat belas abad yang lalu, beliau sudah menganjurkan kepada para sahabat tentang pentingnya kedua faktor itu dalam menjalin komunikasi yang efektif. Sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari mengungkapkan bahwa Nabi bersabda “Ajaklah mereka berbicara sesuai dengan apa yang mereka ketahui”, inilah yang disebut field of experience. Sedangkan pada sebuah hadis lain yang diriwayatkan Ad-Dailami, Nabi bersabda “Aku diperintahkan untuk berbicara dengan manusia sesuai dengan kadar kemampuan berfikir mereka”, inilah yang diistilahkan field of reference.

Dalam rangka menghindari terjadinya distorsi atau salah pengertian yang merupakan hambatan komunikasi, selalu berbicara dengan tenang dan jelas. Istri beliau, Aisyah, menceritakan, “Rasulullah tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun beliau berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya.”(HR.Abu Daud). Dalam kesempatan lain Aiysah juga berkata, “Tutur kata Rasulullah sangat teratur, untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehingga mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya.”(HR.Abu Daud). Bahkan beliau sering melakukan penegasan dengan menaikkan nada (affirmation) dan pengulangan (repetition) agar ucapannya dapat dimengerti dan difahami dengan baik. Sebagaimana diriwayatkan, Anas bin Malik mengatakan: “Rasulullah sering mengulangi perkataannya tiga kali agar dapat dipahami.”(HR.Bukhari).

Sebagai seorang pimpinan juga sebagai komunikator, harus memiliki dua faktor penting yang harus ada pada komunikator yakni kepercayaan audiens/lawan bicara kepada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source attraction). Dalam komunikasi, tidak hanya mengandalkan bahasa verbal, tetapi juga melalui bahasa tubuh (body language), bahasa imajerial, bahasa isyarat dan berbagai bahasa non-verbal lainnya, senantiasa berpikir. Pimpinan seharusnya lebih banyak diam, dan berbicara seperlunya serta lebih banyak berbuat. Ucapannya selalu padat, detail, dan jelas, tidak lebih dan tidak kurang, tidak kasar serta tidak merendahkan bahwannya. Jika kebenaran dilanggar tidak akan diam hingga kebenaran itu ditegakkan. Tidak pernah marah dan tidak pula memperjuangkan kepentingan pribadi dan golongan tertentu. Ketika menunjuk dan memerintahkan sesuatu, seharusnya selalu menggunakan seluruh telapak tangannya.

Sebagai pelengkap dari ketiga sifat di atas, adalah fathonah (profesional) artinya cerdas, mustahil Nabi itu bodoh atau jahil. Dalam menyampaikan 6.666 ayat al Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Nabi harus mampu menjelaskan firman-firman Allah SWT. dan maksud firman itu kepada umatnya sehingga mereka mau masuk ke dalam Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang sebaik-baiknya. Apalagi Nabi mampu mengatur ummatnya sehingga dari bangsa Arab yang bodoh dan terpecah-belah serta saling perang antar suku, menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan dalam 1 negara yang besar yang dalam 100 tahun melebihi luas Eropa.

Sifat fathonah (cerdas, intelek) adalah suatu keniscayaan untuk para nabi dan rasul karena tidak mungkin Rasulullah bisa menyampaikan wahyu yang berupa al Qur’an yang sedemikian banyaknya hingga mencapai 6.666 ayat tanpa ada yang salah dan keliru satupun. Jika beliau tidak mempunyai fondasi intelektual yang tinggi hal itu mustahil terjadi. Kecerdasan Rasulullah tidak hanya intelektual semata tetapi juga cerdas dari segi emosional dan spiritual.  Kualifikasi seorang pemimpin, salah satu diantaranya adakah profesional yakni memiliki kemampuannya dalam mengelola emosi dirinya dan emosi orang yang dipimpinnya atau dikenal dengan Emotional Intelligence sehingga seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional dituntut mampu memahami emosi dirinya, emosi orang yang dipimpinnya serta mampu mengelola emosi-emosi tersebut dalam hubungan sosial untuk mewujudkan tujuan bersama. Kemampuan tersebut diperlukan dalam merespon kondisi dan situasi, dan hanya pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi yang akan diterima dan memberi harapan kepada orang yang dipimpinnya.
.
Meneladani prinsip Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari, yaitu jujur/integritas (siddiq), tanggung jawab/akuntabel (amanah), transparan (tabligh), dan bersifat professional (fathonah) merupakan kunci sukses dalam setiap bidang kehidupan dan kepemimpinan.

Kepemimpinan yang berintegritas merupakan kepemimpinan yang mampu memberi insipirasi kepada yang dipimpinnya, untuk menyumbangkan fikiran, tenaga dan kemampuan mereka yang terbaik demi tercapainya tujuan bersama. Pemimpin yang berintegritas dalam konsepsi Islam mempunyai sejumlah karakteristik atau ciri tertentu antara lain: (a) Shiddiq; mempunyai akhlaq yang mulia, jujur, (b) Amanah; beriman, bertaqwa dan akuntabel, dipercaya, (c)  Tabligh; terbuka, kebersamaan, dan komunikatif. (d) Fathonah; cerdas, mempunyai kompetensi,  mempunyai visi ke depan yang jelas.             .

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،

وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ

قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُا

 

 

KHUTBAH JUM'AT TGL.30-4-2021

 

“HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”

Khutbah Jum’at Tgl 30-4-2021

Oleh : H.Al Asy’ari, S.Ag.M.Si.

 

الْحَمْدُ لِلّٰهِ ذِي الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَفَضَّلَ شَهْرَ رَمَضَانَ عَلَى غَيْرِهِ مِنْ شُهُوْرِ الْعَامِ، خَصَّهُ بِمَزِيْدٍ مِنَ الْفَضْلِ وَالْكَرَمِ وَالإِنْعَامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّـدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ، صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْبَرَرَةِ الْكِرَامِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Alhamdu lillahilladzi dzilfadli wal in’am, wa fadhola syahru romadhon ‘ala ghoerihi

Min syuhuril ’aam. Khossuhu bimazidin minal fadli wal kirom .

Asyhadu allaa ilaaha illallohu wahdahu laa syarika lah. Tabarokasmu robbika dzul

jalali wal ikroom. Wa asyhadu anna sayyidana  Muhammadan ‘abduhu wa Rosuluhul kirom.

Shollallohu ‘ala Muhammadin wa ‘ala alihi wa ashabihil barorotil kiroom. Wa sallama tasliman katsiro. Amma ba’du :  Payaa ayyuhal muslimuunal kiroom, ushikum wa nafsi bi taqwalloh, la’allakum tuflihuun.

Wa qolallohu ta’ala fi kitabihil karim :

“ Syahru Romadhonalladzi unzila fiihil Qur’an, Hudallinnaasi wa bayyinati minal Huda wal Furqon.”

 

Ma‘asyiral Muslimin rahimakumullah,

Tidak terasa kita sudah berada di hari yang ke 18, di bulan suci Romadlan tahun ini, dan hari ke 30 bulan April 2021. Yang berarti kita sudah melewati 2 momentum sejarah yang amat penting, yang tak boleh kita lupakan begitu saja, terutama oleh ummat Islam.  Kedua peristiwa bersejarah itu adalah peristiwa Nuzulul Qur’an ( Diturunkannya Al Qur’an ), yang jatuh pada tanggal 17 Romadlan, dan peristiwa Lahirnya Pahlawan Nasional wanita, yang bernama Raden Ajeng kartini, yang jatuh pada tanggal 21 April.

Lalu apa korelasi keduanya, sehingga peristiwa keduanya khotib usung sebagai Tema khutbah kali ini, yaitu “ HABIS GELAP TERBITLAH TERANG.”

Hadirin Jama’ah Jum’at RK ;

1.Yang Pertama, peristiwa turunnya Al Qur’an yang sering  kita sebut “Nuzulul Qur’an”, yang biasa kita peringati setiap tanggal 17 Romadlan, adalah sebuah peristiwa dimana tujuan utama diturunkannya Al Qur’an adalah “ Yukhrijukum minadldlulumati ilan Nuur. Yaitu tujuan utama di turunkannya Al Qur’an ke muka bumi, adalah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan.

Sebagaimana Allah berfirman dalam Al Qur’an, Surat Ibrahim, ayat : 1

الۤرٰ‌ ۚكِتٰبٌ اَنۡزَلۡنٰهُ اِلَيۡكَ لِـتُخۡرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوۡرِ  ۙ بِاِذۡنِ رَبِّهِمۡ اِلٰى صِرَاطِ الۡعَزِيۡزِ الۡحَمِيۡدِۙ

Alif Laam Roo, Kitaabun anzalnahu ilaika litukhrijannasa minadl dlulumati ilannur. Biidzni Robbihim ilaa shirootil Azizil hamid

“Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab ( Al Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad), agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, lagi Maha Terpuji.”

( QS.Ibrahim : 1 )

Hadirin Rohimakumulloh ;

Banyak ayat Al-Qur’an yang membicarakan tentang bagaimana mengeluarkan manusia dari kegelapan  menuju cahaya yang terang benderang.

1. Terkadang Allah menisbatkan bahwa yang mengeluarkannya menuju cahaya adalah Allah swt secara langsung. Sebagaimana tersebut dalam ayat berikut :

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ

“ Allahu waliyyulladzina aamanu yukhrijuhum minadldlulumati ilan Nuur.

“Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman).” (QS.Al-Baqarah: ayat 257)

2. Terkadang dinisbatkan kepada para Nabi sebagai tugas mereka untuk menyelamatkan manusia.

Sebagai contoh ketika Allah menceritakan tentang Nabi Musa as,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ

“ Walaqod arsalna Musa bi ayaatina an akhrij kaomaka minadl dlulumati ilan Nuur. “

“Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya), “Keluarkanlah kaummu dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang.” (QS.Ibrahim: 5).

Hadirin Rohimakumulloh;

Bila kita perhatikan, kata الظُّلُمَات (kegelapan), selalu disebutkan dalam bentuk Jama’, yakni bentuk yang banyak.

Sementara النُّورِ (cahaya) selalu disebutkan dalam bentuk Mufrad, yakni satu/tunggal.

Karena memang kegelapan itu memiliki bermacam -  macam bentuk:      wabah penyakit yang tak kunjung selesai, adalah kegelapan. Kebodohan,  pendidikan yang carut marut, adalah kegelapan, Kekufuran, kedoliman, adalah kegelapan.  Kemaksiatan di mana-mana, adalah wujud kegelapan.  Norma hukum yang tidak jelas, adalah wujud kegelapan.  Ketidak adilan adalah wujud kegelapan.

Dan lain sebagainya.

Sementara kalimat  cahaya disebutkan oleh Allah dengan kalimat tunggal, karena hanya cahaya ilahi semata. Hanya cahaya Allah-lah yang bakal mengeluarkan manusia dari kegelapan dunia dan kegelapan akhirat. Hanya cahaya Allah-lah yang bisa menyelamatkan manusia dari Fitnah dunia dan Fitnah akherat. Hanya cahaya Alloh-lah yang bisa menuntun manusia ke jalan yang benar ( Shirotol Mustaqim ).

Hadirin Rohimakumulloh;

Al Qur’an bisa mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada jalan yang terang, apabila Al Qur’an dijadikan petunjuk ( Hudal linnaas ) dan dijadikan penjabaran dari pedoman ( Wabayyinati minal Huda ), dan dijadikan alat ukur untuk membedakan mana yang benar dan yang salah, yang halal dan yang haram, yang boleh dan yang tidak boleh ( Wal Furqon ).

Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al Baqoroh ayat : 185

“ Syahru Romadhonalladzi unzila fihil Qur’an, Hudal linnaasi wa bayyinati minal huda wal furqon.”

 “Bulan Ramadan, adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).”

Oleh kare itu Al Qur’an, tidak cukup dengan dibaca saja, tetapi harus dipelajari dan digali isi kandungannya. Supaya kita tau aturan-aturan, hukum-hukum yang tersirat dalam Al Qur’an.

Bulan Romadlan sebagai bulan Al Qur’an, dimana pada bulan ini,  Al Qur’an, banyak dibaca kaum muslimin, mari kita tingkat- kan, tidak hanya sekedar membaca, tapi kita pelajari isi kandungannya. Sehingga Al Qu’an bisa dijadikan pedoman hidup kita.

Hadirin Rohimakumulloh

2. Peristiwa bersejarah yang kedua adalah lahirnya Pahlawan Nasional wanita, yang bernama Raden Adjeng Kartini.

Raden Adjeng Kartini yang mempunyai nama lain  Raden Ayu Kartini, Lahir di Djepara ( Hindia Belanda ), pada tanggal 21 April 1879, Putri seorang patih yang diangkat menjadi Bupati Djepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, ibunya bernama MA Ngasirah.

Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Namun, setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah saatnya dipingit.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi-nya yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dengan membaca buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Maka timbullah keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang amat rendah.

Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi.                         Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa, yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis dalam Bahasa Belnda:  Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar (  Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).

Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalannya dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.

Oleh karena itu, perjuangan Kartini dikenal den Perjuangan “ Emansipasi Wanita.”

Kumpulan surat-surat Kartini tersebut, setelah beliau wafat, dibukukan oleh J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht .Yang arti harfiahnya : “ Dari kegelapan Menuju Cahaya” atau dengan kata lain  “ HABIS GELAP TERBIRTLAH TERANG.” Yang dalam bahasa Al Qur’an disebut “ MINADL DLULUMATI ILAN NUUR.”  

Hadirin Rohimakumulloh ;

Itulah Korelasi kedua peristiwa bersejarah tersebut, yaitu terletak pada tujuan, yakni “ MINADL DLULUMATI ILAN NUUR.

Mudah-mudahan Indonesia dan kita semua, segera dikeluarkan Minadl dlulumati ( dari kegelapan ) ilan Nuur, ( kepada cahaya yang terang benderang ).

Barokallohu li walakum……………….

 

 

 

 

 

 

KHUTBAH JUM'AT

 

KEMERDEKAAN YANG HAKIKI

Khutbah Ju’at Tgl.20-8-2021

الْحَمْدُ للهِ اَّلذِيْ أَخْرَجَ نَتَائِجَ أفْكَارِنَا ِلإبْرازِ أيَاتِهِ وَأفْضَلَنَا بِرُسُوْلِيَةِ شَرَفِ الأَنَاَمِ. أَشْهَدُ أنْ لاإلهَ إلاّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إلى جَمِيْعِ الْعَلَمِ . أللّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ أجْمَعِيْنَ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أًوْصِيْكُمْ ونفسى بِتَقْوَى اللهِ وَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال الله تعالى فى كتابه الكريم. اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم . اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ، وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا. إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ. وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. وَقالَ الله تعالى وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ َلأزِيْدَنَّكُمْ ولَئِنْ كَفَرْتُمْ إنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا نَقَصَ مَالُ مِنْ صَدَقَةٍ .

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada jama’ah sekalian, wabilkhusus kepada diri saya sendiri, untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan. Serta melengkapinya dengan sunnah-sunah Rosulnya.

Kaum Muslimin yang RK,

Dua hari yang lalu, tepatnya hari Selasa, 17 Agustus 2021, kita baru saja memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 76,  hari yang paling bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Dua hari berikutnya, yaitu hari Kamis,kita memperingati hari Asyura, salah satu hari yang paling bersejarah dalam perjalanan umat Islam. Peristiwa keduanya merupakan kemenangan bagi ummat Islam.

Hadirin jamaah Jum’at RK,

Selama 76 tahun kita menghirup udara kemerdekaan, apakah kita telah benar-benar meraih kemerdekaan yang hakiki, Ataukah kemerdekaan yang semu ?

Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantoro, pernah menyampaikan :

“Sungguh, seandainya saja aku ini seorang Nederlander, tidaklah aku akan merayakan kemerdekaan di negeri yang masih terjajah. Lebih dahulu memberikan kemerdekaan kepada rakyat atau bangsa yang masih aku kuasai, barulah boleh memperingati kemerdekaan sendiri.”

Tidak dipungkiri, merdeka dari cengkeraman kaum penjajah merupakan kenikmatan agung yang Allah anugerahkan kepada bangsa Indonesia, yang patut kita syukuri.

Betapa tidak, dengan kenikmatan merdeka, kita bisa dengan leluasa melakukan banyak hal yang bermanfaat.

Kebebasan beraktifitas, kebebasan berusaha, kebebasan menyelenggarakan Pendidikan, kebebasan beribadah dsb.

Akan tetapi sudah cukupkah bagi kita kemerdekaan dari cengkeraman penjajah saja ?. Bukankah masih banyak belenggu yang harus kita singkirkan agar kita dapat meraih kemerdekaan yang hakiki dan sejati?

Ma’asyirol Muslimin RK,

Kemerdekaan hakiki adalah ketika kita sudah mampu memerdekakan diri kita dari jeratan hawa nafsu. 

Kemerdekaan sejati adalah ketika kita telah mampu memerdekakan diri kita dari perangkap jahat sesama manusia ataupun setan yang tiada henti menghalang-halangi  kita dari berbuat kebaikan.

Kemerdekaan yang sebenarnya adalah tatkala kita telah mampu memerdekakan hati kita dari penyakit-penyakit hati yang membinasakan.

Kemerdekaan yang sesungguhnya bagi seorang pejabat adalah saat ia mampu memerdekakan dirinya dari mental korup.

Pejabat yang korup, sejatinya ia terjajah dan belum merdeka. Terjajah oleh angan-angannya bahwa kekayaan dan status sosial yang tinggi akan melambungkan kebahagiaannya.

Kemerdekaan yang sesungguhnya bagi seorang penguasa adalah ketia ia tidak menyalahgunakan kekuasaannya, demi untuk melanggengkan kekuasaanya.

Kemerdekaan yang hakiki bagi orang kaya adalah tatkala ia mampu memerdekakan hatinya dari penyakit sombong dan sikap merendahkan orang lain. Serta mampu membelanjakan hartanya di jalan Allah.

Kemerdekaan bagi seorang pedagang adalah ketika ia mampu memerdekakan dirinya dari berlaku curang.

Seorang santri atau siswa dikatakan merdeka apabila ia mampu memerdekakan dirinya dari kemalasan dalam menuntut ilmu, dan belajar.

Guru atau dosen yang merdeka adalah yang mampu memerdekakan dirinya dari niat lain selain mengabdi, mendidik, dan mengkader.

Seorang tetangga yang merdeka adalah apabila ia mampu memerdekakan hatinya dari virus iri, dengki, dan hasud kepada tetangganya.

Dan begitulah seterusnya. Kemampuan melepaskan belenggu yang menghalangi kita dari berbuat baik, itulah kemerdekaan yang hakiki dan sesungguhnya.

Jika seluruh bangsa Indonesia sudah meraih kemampuan itu, maka Indonesia benar-benar telah merdeka. Merdeka dalam arti yang sesungguhnya.

Ma’asyiral Muslimin RK,

Dua hari berselang setelah kita memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-76 pada tahun ini, kita memperingati hari Asyura, yaitu 10 Muharram 1443 H yang tahun ini jatuh pada tanggal 19 Agustus 2021.

Salah satu yang kita kenang dan kita petik hikmahnya pada hari Asyura adalah kemerdekaan Nabi Musa ‘alaihissalam beserta para pengikutnya yang beriman dari cengkeraman Fir’aun, al-Walid bin Mush’ab, raja Mesir yang mengaku dirinya sebagai tuhan yang wajib disembah.

Hadirin rahimakumullah,

Allah memerintahkan Nabi Musa ‘alaihissalam agar pergi kepada Fir’aun untuk mengajaknya masuk ke dalam Islam, mentauhidkan Allah dan menyucikan-Nya dari sekutu dan serupa.

Nabi Musa pun pergi dan memperlihatkan kepadanya mukjizat-mukjizat yang sangat menakjubkan dan membuktikan kenabian dan kerasulannya.

Meskipun begitu, Fir’aun tetap kafir kepadanya, menolak dan bersikap congkak serta menyiksa dan menindas kaum Nabi Musa yang beriman.

Akhirnya Nabi Musa ‘alaihissalam dan para pengikutnya dari kalangan Bani Isra’il keluar dari Mesir dengan jumlah 600 ribu orang. Fir’aun mengejarnya bersama 1.600.000 pasukan karena ingin memusnahkan Musa dan orang-orang yang bersamanya.

Ketika Musa dan para pengikutnya telah mendekati laut merah, Allah mewahyukan kepada Musa untuk memukul lautan dengan tongkatnya. Laut terbelah menjadi 12 belahan dan setiap belahan seperti gunung yang besar.

Di antara setiap dua belahan ada jalan yang kering. Nabi Musa ‘alaihissalam dan orang-orang yang bersamanya masuk ke laut. Fir’aun dan pasukannya pun mengejar mereka. Allah subhanahu wata’ala kemudian menenggelamkan mereka semua dan Allah selamatkan Nabi Musa ‘alaihissalam dan orang-orang yang bersamanya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Para nabi Allah telah memberikan kepada kita contoh dan teladan dalam berdakwah kepada Allah dan bersabar untuk itu.

Di atas garis perjuangan mereka inilah para sahabat dan para ulama menempuh jalan. Mereka mendarmabaktikan jiwa dan raga untuk memperjuangkan agama Allah.

Teladan Sayyidina al-Husain radhiyallahu ‘anhu yang gugur syahid pada hari Asyura, hari Jumat 61 H selalu lekat dalam ingatan kita.

Ketika beliau melihat orang yang tidak cakap memimpin kaum Muslimin ingin meraih puncak kepemimpinan tanpa bai’at dari tokoh-tokoh pembesar kaum muslimin yang berilmu dan bertakwa, al-Husain terang-terangan menentang hal itu.

Al-Husain berpegang teguh dengan kebenaran dan konsisten dengannya, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar hingga ia terbunuh padahal beliau adalah putra dari putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau gugur syahid di tangan orang-orang yang fasiq dan dzalim.

Hadirin kaum Muslimin yang dirahmati Allah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،

وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ

قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُا

 

 

KHUTBAH JUM"AT

 

Khotbah Jumat Tgl. 20 Mei 2022

Momen Berbenah Diri Pasca-Ramadan

 

الحَمْدُ للهِ الّذِي لَهُ مَا فِي السمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَلَهُ الحَمْدُ فِي الآخرَة الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وهو الرّحِيم الغَفُوْر. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ

اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Ramadhan telah lewat dan kitapun sudah berada di akhir bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya yang mungkin bagi kebanyakan orang, termasuk kita semua,  “kurang istimewa”. Ramadhan yang istimewa hadir dengan janji pelipatgandaan pahala, menekankan pengekangan hawa nafsu, dan momen menumpuk amal saleh sebanyak-banyaknya. Dengan demikian Romadlan  menjadi saat-saat penggemblengan bagi seorang hamba,  menjadi orang yang semakin dekat dengan Allah atau dalam bahasa Al-Qur’an mencetak insan yang bertakwa (la‘allakum tattaqûn).

Di dalam Ramadhan umat Islam dianugerahi sebuah malamyang sangat spesial bernama Lailatul Qadar yang setara dengan seribu bulan. Artinya melakukan satu amal kebaikan pada malam itu setara dengan seribu amal kebaikan pada malam-malam di luarnya. Tidurnya orang berpuasa bernilai ibadah, diamnya orang yang berpuasa bernilai tasbih, doanya dikabulkan, dan balasan atas perbuatan baiknya dilipatgandakan.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Yang menjadi pertanyaan, mengapa Allah memberikan anugerah yang luar biasa semacam itu? Hal ini bisa dipahami setidaknya dalam dua sudut pandang. Pertama, ini merupakan kemurahan dari Allah untuk hamba-Nya. Sebagaimana Allah mengistimewakan hari Jumat di tengah hari-hari lain dalam satu minggu, Allah pun mengistimewakan Ramadhan di tengah bulan-bulan lain dalam satu tahun. Momen tersebut menjadi kesempatan terbaik bagi setiap hamba, untuk  meningkatkan Setatus dirinya.

Kedua, Ramadhan juga bisa dibaca sebagai sindiran kepada mereka yang umumnya terlalu tenggelam dengan kesibukan duniawi. Jam-jamnya, hari-harinya, dan bulan-bulannya, dipenuhi dengan aktivitas untuk kepentingan dirinya sendiri—atau paling jauh untuk keluarga sendiri. Sementara kegiatan yang benar-benar diniatkan untuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah nyaris terlupakan begitu saja.

Kita sering mendengar seorang ibu yang merayu anaknya dengan iming-iming hadiah untuk mencegahnya dari tindakan-tindakan bandel tertentu. Jangan-jangan Ramadhan adalah hadiah karena Allah tahu kita terlalu “bandel”, tak cukup waktu untuk bermesraan dengan-Nya, tak banyak waktu untuk mengingat-Nya. Itulah mengapa pada malam Lailatul Qadar kita justru dianjurkan banyak meminta ampun dengan membaca:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

"Ya Allah Engkaulah maha pengampun, senang kepada ampunan, maka ampunilah aku.”

Anjuran memohon ampunan adalah sinyal bahwa umat manusia memiliki kecenderungan berbuat lalai dan dosa. Ini adalah pesan tentang pentingnya muhasabah atau introspeksi diri seberapa besar kesalahan kita selama ini. Sudahkah seluruh harta yang kita makan didapatkan dengan cara yang halal? Sudahkah kita bebas dari tindakan membiarkan Fakir miskin ? Seberapa  ikhlaskah  kita meng-infakkan sebagian kekayaan kita untuk di luar kepentingan kita? Seberapa semangatkah kita beribadah dibanding semangat kita melakukan aktivitas keduniaan ?  Dan seterusnya dan sebagainya.

Pembicaraan ampunan juga muncul dalam janji dalam sebuah hadits bahwa siapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala dari Allah akan mendapat ampunan atas dosa-dosanya yang telah lewat (man shâma ramadhâna îmânan wa-htisâbah ghufira lahu mâ taqaddama min dzanbihi). Ini juga menyiratkan pesan tentang betapa manusia telah melewati hari-hari mereka dengan penuh kedurhakaan. Melalui Ramadhan dan Lailatul Qadar, dosa-dosa yang pernah kita lakukan diharapkan terhapuskan.

Memahami Ramadhan sebagai momen koreksi diri merupakan hal yang penting agar kita menghargai waktu dengan cara mengisinya secara positif dan memiliki kaitan dengan pendekatan diri kepada Allah subhânahu wata‘âlâ. Dengan tidak meremehkan bulan-bulan di luar Ramadhan. Imam Al-Ghazali mengatakan, ketika seseorang disibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam kehidupannya di dunia, maka sesungguhnya ia sedang menghampiri suatu kerugian yang besar.

Hadirin Jamaah Jumat RK :

Romadlan telah berlalu, dan kita sudah berada di Bulan Syawal,yang berarti Bulan Peningkatan,  dan bulan-bulan berikutnya. Lantas apa yang harus kita lakukan ?

Yang kita lakukan adalah kita harus meningkatkan segala aktivitas, dan bangkit dari segala keterpurukan.

Sebagaimana kita maklumi bersama, bahwa kurang lebih 3 tahun lamanya, kita berada dalam keterpurukan, akibat adanya Copid 19.  Peribadatan kita terpuruk, Perekonmian kita terpuruk, Solidaritas dengan sesam  juga  ikut terpuruk,

Maka dalam momentum  terbebasnya hidup kita dari pengaruh Copid 19, dan kebetulan hari ini, 20 Mei, adalah Hari kebangkitan Nasional, mari kita sama-sama bangkit dan berbenah diri dari  segala keterpurukan. Kita harus dapat memanfaatkan sebaik mungkin ksisa umur kita , untuk dapat menutupui kekurangan-kekurangan ibadah kita, kehancuran Perekonomian kita, Porakporandanya dunia Pendidikan kita,  solidaritas kebersamaan kita, silaturahmi kita, yang selama ini  dipengaruhi oleh Copid 19. Mari kita benahi lagi puing-puing kehidupan kita. Mari kita bangkit. Mudah-mudahan dengan adanya Hari kebangkitan Nasional, yang bertepatan dengan Bulan Syawai, yaitu Bulan Peningkatan, menjadi titik tolak untuk Bangun dan Bangun kembali bangsa kita. Dan mudah-mudahan Pemerintah kita, tidak lagi mengeluarkan diksi-diksi yang dapat melemahkan sendi-sendi kehidupan kita. Amin ya Robbal alamin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ  

ت مِنَّا وَمِنْكُمْ

 لاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السّ

مِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KESEHATAN

  TENTANG PERANGKAT AJAR KESEHATAN   Permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja sangat luas dan perlu mendapat intervensi pada...