KHUTBAH JUM’AT

28 Januari 2022

 

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَوَصَّى وَأَحَاطَ بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمًا. وَأَحْصَى أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ شَهَادَةَ اْلأَتْقَى. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ مَنَّ بِجَمِيْعِ حُقُوْقِهِ قَضَى. أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهِ. اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

 

Hadirin Jama’ah Jum’at RK;

 

Pada kesempatan yang istimewa dan di tempat yang sarat dengan keberkahan  ini,  saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada Anda semua, mari kita sama-sama meningkatkan ketakwaan  kita kepada Allah SWT dengan berusaha meningkatkan ibadah kita kepada - Nya. Baik secara kwantitas maupun kwalitas. Kalimat ajakan “ Meningkatka ketaqwaan kita kepada Allah swt., bukan hanya pemanis mulut seorang khotib, atau bukan hanya sekedar memenuhi syarat – rukun khutbah, tapi mari kita buktikan dalam kehidupan kita sehari-hari.  Sudahkah kita meningkat dari sisi kwantitas, maupun kwalitasnya ibadah kita ? 

Kwantitas artinya, jumlah ibadah kita menigkat, yang tadinya cuma melaksanakan  sholat wajib 5 waktu, sekarang kita tambah dengan sholat –sholat sunnah, qobliyah, ba’diyah, sholat dhuha, sholat tahajjud, witir dsb. Membaca Al Qur’an yang tadinya tidak pernah, sekarang kita programkan One day One Juz, misalnya.  Puasa, yang tadinya Cuma Puasa Romadlan, kita tambah dengan puasa-puasa Sunnah.

Yang tadinya enggan untuk ber- sedekah,  kita mulai rajin sedekah, walaupun hanya dengan uang receh seribu, atau dua ribu rupiah. Itulah mening - kat  dari sisi kwantitas.

Bagi yang ibadah kwantitasnya sudah berjalan, mari kita tingkatkan  kwalitasnya.

Yang tadinya Ruku- sujudnya kaya burung mematuk, atau kaya entog selulup, mari kita tingkatkan menjadi ruku dan sujud yang tu’maninah.

Bagi yang sudah rajin berpuasa, tetapi yang dipuasakan Cuma perut, mari kita tingkatkan menjadi puasa yang berkwalitas.Mari kita tingkatkan kwalitasnya, yaitu dengan mempuasakan seluruh anggota tubuh kita.

 

Hadirin Rohimakumulloh,

 

Jadi pesan takwa yang disapaikan para khotib setiap jum’at bukan hanya sekedar basa-basi,  atau hanya sekedar ucapan rutinitas seorang khotib. Tetapi hendaknya kita menyadari bersama bahwa pesan takwa yang senantiasa disampaikan setiap Jumat memberikan peringatan bahwa hal tersebut tentu sangatlah penting. Sama seperti peringatan bupati, gubernur maupun Presiden yang disampaikan setiap pekan, maka pasti memberikan makna yang sangat dalam. Karenanya, perintah meningkatkan takwa tersebut kita jaga dengan baik, terutama oleh para pemberi pesan.

Hadirin Jamaah Jum’at RK :

 

Saat ini kita sedang berada di minggu terakhir di bulan Jumadil akhir. Dan minggu depan kita sudah masuk ke Bulan Rajab. Dan  telah  kita maklumi bersama, bahwa Rajab adalah bulan mulia, bulan yang amat bersejarah.  Sehingga Nabi Muhammad saw. dalam memper hatikan bulan Rajab selalu  memanjatkan doa yang sebagai- mana diriwayatkan oleh Anas bin Malik dalam Musnad Ahmad:

 

 ا أَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

 

Artinya: Ya Allah, semoga Engkau memberkahi kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban, dan semoga Engkau pertemukan kami dengan bulan Ramadlan.

 

Seolah-olah Rajab merupakan persiapan awal untuk menyambut bulan Ramadlan. Ia menjadi tonggak dari rangkaian ibadah-ibadah penting pada bulan yang jatuh setelahnya, yaitu bulan Sya’ban dan bulan Ramadlan. 

 

Hadirin Rohimakumulloh :

 

Sebagian ulama berkata:

 

 رَجَبُ شَهْرُ الزَّرْعِ وَشعْبَانُ شَهْرُ السَقْيِ وَرَمَضَانُ شَهْرُ الْحَصَادِ

 

Artinya: Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan untuk menyirami, dan Ramadlan adalah bulan panen.

  

Maka dari itu, marilah kita gunakan bulan Rajab nanti, dengan sebaik-baiknya dengan memperbanyak amal sholih, memperbanyak istighfar, memperbanyak sedekah, puasa dan amal-amal sholeh lainnya.

 

Hadirin Rohimakumulloh.

 

Sebagaimana kisah yang telah masyhur, pada bulan Rajab juga terdapat peristiwa ajaib dan mengagumkan, berupa Isra’ wal Mi’raj, perjalanan Nabi dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina, kemudian menuju Sidratul Muntaha, yang berada di pusatnya Ruang angkasa.

 

Berikut beberapa kesimpulan,  yang dapat kita petik dari cerita Isra’ dan Mi’raj tersebut.

Pertama, Isra’ dan Mi’raj adalah perkara yang haq karena  (sangat jelas dan eksplisit) disebutkan dalam Al-Qur’an, sebuah kejadian yang pasti terjadi, pasti benar, tak ada keraguan sama sekali meskipun akal manusia tidak dapat men - jangkaunya.  

 

Semua hal aneh ini terjadi dalam rangka menguji dan mengukur ketebalan iman seseorang, sebab manusia tersesat adalah orang yang hanya mengukur sebuah kebenaran hanya bersandar pada akalnya dan fikirannya semata. Kita harus menghindari arus pemikir yang hanya membang- gakan akal dan fikirannya. dengan mengesampingkan kekuatan Allah yang lainnya. Karena tidak mustahil jika pola pikir demikian dilestarikan, akan menjadikan ajaran agama diambil separo-separo. Yang  cocok dengan akal fikirannya dipakai, sementara yang tidak cocok dengan akal fikirannya ditolak dan diingkari,   

Padahal model demikian adalah cara pandang iblis.                Iblis itu disifati dengan:

 

 أَوَّلُ مَنْ قَاسَ الدِّيْنَ بِرَأْيِهِ

 

Artinya: Makhluk yang pertama kali mengukur kebenaran agama dengan akalnya sendiri.( adalah Iblis ).

 

Namun dalam banyak hal kita beragama, juga tidak boleh Taklid Buta, hanya menjadi pengekor  orang - orang terdahulu, hanya menjadi pengikut apa yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya,

Tanpa melakukan penelitian dan merujukannya dengan dalil-dalil Al Qur’an dan Al Hadits. Itupun adalah sikap yang tersesat.

 

Kedua, sebelum Nabi Muhammad menghadap Allah SWT (Mi’raj), beliau  dibersihkan hatinya meskipun hati Nabi sebenarnya sudah pasti bersih karena beliau ma’shum (suci dari dosa). Sebagaimana yang ditulis pengarang Simthut Durrar, Habib Ali Al Habsyi:

 

 وَمَا أَخْرَجَ الْلأَمْلَاكُ مِنْ قَلْبِهِ أَذَى وَلَكِنَّهُمْ زَادُوْهُ طُهْرًا عَلَى طُهْرٍ

 

Artinya: Malaikat tidak menghilangkan kotoran dari hati Nabi, tetapi agar hati yang suci semakin menjadi suci.

 

Pembersihan hati ini dilakukan sebelum Rasulullah saw. menerima tugas shalat lima waktu. Ini juga pelajaran bagi kita sebagai umatnya yang banyak dosa bahwa saat akan menghadap Allah SWT hendaknya  lebih dahulu kita bersihkan hati kita masing-masing. Maksudnya, apabila kita shalat harus dimulai dengan hati yang suci, khusyu’ tidak memikirkan  keduniaan. Sampai Allah SWT berfirman menggunakan lafadz " أَقِيْمُوْا الصَّلَاةَ " tidak " اِفْعَلُوْا الصَّلَاةَ ". Iqâmatusshalâh “  tidak sama dengan “ fi’lusshalâh.” Fi’lusshalâh yang penting melakukan rukun dan syarat shalat sudah disebut fi’lusshalâh. Tetapi Iqâmatusshalâh yang maknanya adalah:

 

  اِتْيَانُ الصَّلَاةِ بِحُقُوْقِهَا الظَّاهِرَةِ وَ حُقُوْقِهَا الْبَاِطَنَة

 

Artinya: Melaksanakan shalat dengan menjalankan syarat-rukun shalat yang dhahir dan syarat-rukun shalat yang bathin, yaitu khusyu.

 

Hadirin  Rohimkumulloh :

 

Lalu bagaimana agar dapat melaksanakan shalat dengan khusyu?     Hatim Al Asham ditanya:

 

  "كَيْفَ تَخْشَعُ فِيْ صَلَاتِكَ؟"

 

Artinya: Bagaimana engkau dapat khusyu dalam shalatmu?

 

Maka ia menjawab:

 

   أَقُوْمُ وَ أُكَبِّرُ لِلصَّلَاةِ وَ أَتَخَيَّلُ الْكَعْبَةَ أَمَامَ عَيْنِيْ

 

Artinya: Aku berdiri membayangkan Ka’bah ada di depanku.

 

 وَالصِّرَاطَ تَحْتَ قَدَمِيْ وَالْجَنَّةَ عَنْ يَمِيْنِيْ وَالنَّارَ عَنْ شِمَالِيْ وَمَلَكَ الْمَوْتِ وَراَئِيْ

 

Artinya: Aku membayangkan shirath di bawah telapak kakiku, surga ada di sebelah kananku, neraka ada di sebelah kiriku dan malakul maut ada di belakangku.

 

Hadirin  Rohimakumulloh :

 

Dengan keterangan tadi, kita semua dapat memahami bahwa shalat yang dimaksud dalam Al-Qur’an yang تَنْهَىْ عَنِ الْفَخْشَاِء وَالمنْكَرِ itu bukan shalat biasa, tidak hanya fi’lusshalâh namun harus Iqâmatussahlâh, shalat yang benar-benar khusyu, hudlûr dan hati suci. Semoga kita semua, dan keluarga kita dapat menjadi semakin baik, dalam melaksanakan semua perintah,  Allah SWT dan dapat bimbingan Hidayahnya. Amin ya Robbal alamiiin.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHUTBAH JUM'AT

CARA SEHAT DENGAN NATURAL

KHUTBAH JUM"AT