Khutbah Idul
Adha 1445 H. ( 2024 )
الله أكبر (×9)
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ
بُكْرَةً وَأَصِيْلًا. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدقَ وَعْدَهُ،
وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ
أكبرُ وللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ حَاكِمَ الْحُكَّامِ، جَاعِلِ النُّوْرِ وَالظَّلَامِ، وَجَعَلَ
هَذَا الْيَوْمِ عِيْدًا لِلْإِسْلَامِ، وَحَرَّمَ عَلَيْنَا الصِّيَامِ. أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اَلَّذِى أَمَرَناَ
بِذَبِيْحَةِ الْقُرْباَنِ، اِتِّبَاعًا لِسَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ
الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ الْأَنَامِ وَمِصْبَاحُ الظَّلَامِ. اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ عَلَى
مَمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَيَّامِ. أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ وَأَطِيْعُواهُ وَكَبِّرُوْهُ تَكْبِيْرًا.
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.
Kaum
muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat rahimakumullah.
Gema takbir, tahmid, dan tahlil berkumandan
memenuhi ruang-ruang Masjid dan Mushollah, bahkan memenuhi relung-relung jiwa
ummat Islam, di seantero dunia. dalam rangka menyambut datangnya Hari Raya Idul
Adha yang penuh dengan keberkahan. Syukur Alhamdulillah, kita semua dapat
berjumpa kembali dengan Hari Raya Idul Adha ini dalam keadaan sehat wal afiat. Seraya
mengumandangkan Takbir, tahli, dan Tahmid. Langkah kaki kita menghadiri shalat
ied ini merupakan bukti bahwa kita masih dikaruniai nikmat kesehatan dan
keimanan, dua nikmat yang sangat besar sekali nilainya, tanpa bisa digantikan
oleh selainnya. Semoga nikmat tersebut tetap kita peroleh sampai nyawa berpisah
dari badan ini. Serta diberi hidayah, untuk mensyukurinya. Amin ya rabbal
alamin.
Sementara sebagian dari
saudara-saudara kita, sedang berjuang , memenuhi perintah Allah swt., memenuhi
Rukun Islam yang ke-5, yaitu menunaikan ibadah Haji, di Makatul Mukarromah, dan
Madinatul Munawarromah. Smoga mereka diberi kesehatan, kekuwatan, dan
keselamatan. Sehingga bisa kembali berkumpul dengan kita, dengan predikat haji
Mabrur dan Mabruroh. Amiiin ya Robbal ‘alamiiin.
Ma’asyirol
Muslimin Sidang Idul Adha, RK :
Hari ini kita memasuki Hari Raya
Idul Adha 1445 H. Dimana Hari Raya ini , dikatakan dengan Idul Adha karena pada
hari raya ini dan tiga hari sesudahnya, yang disebut dengan Hari Tasyrik, kita semua
diserukan untuk memotong hewan qurban yang merupakan bentuk ketundukan dan
kepasrahan kita kepada Allah SWT Dzat Yang Kuasanya tiada terbilang dan tiada
terhingga.
Allah SWT berfirman:
فصل لربك وانحر
“Sholatlah kamu kepada Rabb-mu dan
berqurban-lah” (QS. Al-Kautsar: 2)
Menurut Mazhab Imam Syafi’i, memotong hewan qurban itu
hukumnya sunnah muakkadah, artinya sunnah yang dikuatkan, Meskipun ada imam
madzhab yang mewajibkannya.
Meskipun hukumnya sunnah muakkadah,
namun bagi orang mampu yang tidak berqurban, Rasulullah mengingatkan dengan
keras:
مَنْ كَانَ لَهُ سِعَةٌ فَلَمْ يُضْحِ فَلْيَمُتْ إِنْ شَاءَ
يَهُوْدِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا
“Barangsiapa yang mempunyai
kemampuan (untuk berqurban) tetapi tidak melakukannya maka silakan mati dalam
keadaan yahudi atau nasrani.” Dalam riwayat lain:
مَنْ كَانَ لَهُ سِعَةٌ فَلَمْ يُضْحِ فَلاَ يَقْرَبَنَّ
مُصَلاَّنَا
“Barangsiapa yang mempunyai
kemampuan (untuk berqurban) tetapi tidak melakukannya maka janganlah mendekati
tempat shalat kami.”
Oleh karena itu, sudah saatnya, kita sebagai orang yang mengaku beriman kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya untuk memenuhi panggilan berqurban tersebut.
Lebih- lebih bagi kita, yang
mempunya sumber keuangan yang melimpah, tiap bulan menerima uang puluhan juta
rupiah, maka selayaknya, kita sisihkan tiap bulan, untuk membeli hewan kurban,
sebagai rasa syukur kita kepada Allah swt, atas rizki yang kita terima, berupa
binatang ternak.
Allah swt. berfirman :
(#rßygô±uÏj9 yìÏÿ»oYtB öNßgs9 (#rãà2õtur zNó$# «!$# þÎû 5Q$r& BM»tBqè=÷è¨B 4n?tã $tB Nßgs%yu .`ÏiB ÏpyJÎgt/ ÉO»yè÷RF{$# ( (#qè=ä3sù $pk÷]ÏB (#qßJÏèôÛr&ur }§Í¬!$t6ø9$# uÉ)xÿø9$# ÇËÑÈ
28. Supaya mereka menyaksikan
berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari
yang telah ditentukan, atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa
binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya, dan (sebahagian lagi)
berikanlah untuk dimakan oleh orang-orang yang sengsara dan fakir-miskin.
Kaum
muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat rahimakumullah.
Pelaksanaan qurban yang dilakukan oleh umat Islam, selain sebagai bentuk
kepatuhan dan kepasrahan kepada Allah serta sebagai upaya pendekatan diri
kepada-Nya (taqarrub ilallah), juga ada hikmah yang berdampak kemashlahatan
bagi umat manusia. Di antara hikmah yang bisa kita petik adalah:
1.
Meneladani kesabaran dan keikhlasan Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam, dalam menerima cobaan dan ujian
2.
Menumbuhkan sifat kedermawanan,
saling membantu (ta’awun), saling berkasih sayang (tarahum), dan terbinanya
solidaritas sosial di kalangan umat Islam
3. Menumbuhkan semangat berkorban di kalangan kaum muslimin dam
menghadapi tantangan hidup.
Kaum myuslimin Rohimakumul :
Hikmah pertama, yakni meneladani kesabaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas
salam, dalam menerima cobaan dan ujian.
Sebagaimana diceritakan dalam kitab suci Alquran bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam belum dikaruniai seorang anak sampai usianya lanjut sehingga beliau
sangat ingin dikaruniai seorang anak dan senantiasa berdoa agar keinginan
tersebut dikabulkan oleh Allah Ta’ala:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِيْنَ
“Wahai Tuhanku berilah aku putra
yang shalih” (QS as-Shaffat: 100)
Akhirnya Allah SWT menjawab dan
mengabulkan doa beliau setelah sekian lama. Namun setelah beliau memperoleh
seorang putra dan putranya itu berumur antara 9–11 tahun, Allah SWT memintanya
kembali untuk dijadikan qurban sebagai persembahan.
Tidak mudah bagi seseorang yang
sudah sekian lama mendambakan seorang anak, tapi setelah anak itu lahir dan di
usia yang sedang lucu-lucunya, diperintahkan untuk mengorbankannya. Secara
manusiawi perintah tersebut sulit sekali untuk dipenuhi.
Tapi Nabi Ibrahim tidaklah demikian.
Perintah tersebut diterimanya dengan penuh ketaatan dan kepasrahan. Sikap
tersebut muncul karena keimanan yang total kepada Allah Ta’ala, bahwa semua
perintah-Nya tidak lain adalah untuk kemaslahatan umat manusia.
Bahwa semua yang ada pada diri
manusia tidak lain pada hakekatnya merupakan milik Allah swt. Apabila Allah memerintahkan untuk
mengorbankannya, maka pada hakekatnya itu adalah mengembalikan sesuatu yang
dititipkan kepada umat manusia, kemudian
harus dikembalikan pada pemiliknya yang hakiki, yaitu Allah swt.
Sebelum melaksanakan perintah
tersebut, Nabi Ibrahim merundingkan pada anaknya yaitu nabi Ismail. Sebuah
contoh mulia bagaimana orang tua memusyawarahkan dengan anaknya terhadap
sesuatu keputusan yang akan berakibat dan berdampak pada anak tersebut.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي
أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ
افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai usia
remaja, Bapaknya berkata: “Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS Ash-Shaffat : 102)
Sungguh sangat mengagumkan seorang
ayah yang sanggup menjalankan perintah mengorbankan anak satu-satunya yang
sudah didambakan kelahirannya sekian lama.
Lebih mengagumkan lagi adalah sikap
anak tersebut yang penuh keyakinan dan kesabaran mendorong ayahnya untuk
menjalankan perintah tersebut. Meskipun ia harus mengorbankan nyawanya.
Ketika kepasrahan dan ketundukan
yang luar biasa dari nabi Ibrahim dan nabi Islamil ‘alaihimas salam dalam
menerima perintah tersebut, rupanya itu merupakan ujian dari Allah kepada
mereka berdua. Maka tatkala mereka siap untuk melaksanakan perintah itu, Allah
menggantinya dengan seekor domba yang besar.
!$£Jn=sù $yJn=ór& ¼ã&©#s?ur ÈûüÎ7yfù=Ï9 ÇÊÉÌÈ çm»oY÷y»tRur br& ÞOÏdºtö/Î*¯»t ÇÊÉÍÈ ôs% |Mø%£|¹ !$töä9$# 4 $¯RÎ) y7Ï9ºxx. ÌøgwU tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÉÎÈ cÎ) #x»yd uqçlm; (#às¯»n=t7ø9$# ßûüÎ7ßJø9$# ÇÊÉÏÈ çm»oY÷ysùur ?xö/ÉÎ/ 5OÏàtã ÇÊÉÐÈ
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan
mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS ash-Shaffat:
103-107)
Kepasrahan dan ketundukan nabi
Ibrahim dan nabi Ismail ‘alaihimas salam dalam menerima dan menjalankan
perintah Allah SWT merupakan contoh terbaik yang patut menjadi teladan kita
umat Islam.
Saat ini banyak sekali umat Islam
yang seakan tidak peduli dengan perintah Allah SWT di dalam ajaran agama.
Perintah Allah SWT dipilah dan dipilih
untuk ditaati dan diimani. Mana perintah yang sesuai dengan kepentingan dan
keinginannya, maka ia akan menjalankan perintah tersebut. Tapi jika sebaliknya,
ia menganggap angin lalu saja perintah tersebut. Kepasrahan dan ketundukan total kepada
Allah Dzat Yang Mahakuasa saat ini merupakan sesuatu yang sulit ditemukan di
kalangan umat Islam.
Oleh karena itu, melalui momentum
Idul Adha ini saya mengajak kita semua umat Islam untuk meneladani nabi Ibrahim
dan nabi Ismail dalam menerima dan menjalankan perintah Allah SWT, yaitu dengan
penuh kepasrahan dan ketundukan. Karena semua perintah Allah apabila
dilaksanakan secara benar pasti akan membawa kemanfaatan dan kemaslahatan pada
orang yang menjalankan perintah tersebut.
الله أكبر (×3) لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله
الحمد
Kaum
muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat rahimakumullah.
Tidak mudah mengeluarkan uang jutaan rupiah, untuk
membeli
hewan kurban, walapun tabungan-nya puluhan, bahkan ratusan juta rupiah. Kecuali orang-orang
yang ikhlas dan pasrah. Atas rizki yang Allah berikan.
Bagi jamaah yang sampai pagi ini
belum ada niyatan untuk beribadah kurban, padahal uang di tabungan, masih
puluhan, bahka ratusan juta rupiah,
masih ada waktu 3 hari ke depan, yaitu hari tasyrik, untuk berfikir ulang,
melepaskan sebagian dari tabungan kita,
untuk dibelikan hewan kurban. Insya Allah, rizki yang kita keluarkan, Allah
ganti di hari-hari kemudian.
الله أكبر (×3) لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله
الحمد
Ma’asyirol muslimin RK :
Pesan ibadah qurban yang kedua
adalah menumbuhkan sikap ta’awun (saling membantu antar sesama umat manusia),
khususnya di kalangan umat Islam.
Penyembelihan hewan qurban jangan
hanya dilihat semata-mata dari aspek penyembelihannya saja. Tapi juga harus
dilihat bahwa penyembelihan itu merupakan simbol perilaku kedermawanan dan
solidaritas sosial di antara umat manusia.
Rasulullah SAW telah mencontohkan
pentingnya solidaritas tersebut, salah satunya melalui upaya mempersaudarakan
orang-orang Muhajirin dan Anshar. Orang-orang Anshar bersedia memberikan
sebagian bahkan setengah dari hartanya kepada kaum Muhajirin yang kebetulan
ketika mereka pindah dari Makkah ke Madinah tidak sempat membawa apa-apa.
Bahkan, kaum Anshar cenderung lebih mementingkan keperluan kaum Muhajirin
daripada keperluan mereka sendiri. Sikap tersebut mendapat pujian dari Allah
seperti disebut dalam Alquran surat al-Hasyr ayat 9:
“Dan orang-orang yang telah
menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka
tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan
kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang
mereka berikan itu)”.
Sikap seperti ini sangat dibutuhkan
pada masa sekarang. Misalnya menyisihkan sebagian penghasilan untuk didonasikan
kepada mereka yang membutuhkan, sesuai sabda Nabi SAW:
وَمَنْ كَانَ
لَهُ فَضْلُ زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنَ لاَ زَادَ لَهُ ]رواه مسلم
“Barangsiapa yang memiliki kelebihan
bekal hidup maka hendaklah mendonasikan kepada orang yang tidak punya bekal
hidup”. (HR Muslim)
الله أكبر (×3) لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله
الحمد
Kaum
muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat rahimakumullah.
Pesan ibadah qurban yang ketiga
adalah menumbuhkan semangat berkorban, khususnya di kalangan kaum muslimin.
Tanpa adanya pengorbanan tidak mungkin dapat mencapai sesuatu yang diinginkan.
Kemerdekaan negara Indonesia tercinta ini diperoleh tidak lain adalah merupakan
hasil dari pengorbanan para ulasma, para santri, para pahlawan, yang telah rela
mengorbankan jiwa dan raganya dalam merebut kemerdekaan dari tangan-tangan penjajah.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya
kita yang hidup menikmati kemerdekaan tersebut menjaga dan merawat dengan baik
negara ini. Maka ketika ada satu- dua orang
tau satu kelompok, menjadi pengkhianat di negri ini, dengan menggelar karpet
merah kepada orang-orang asing untuk masuk di negeri ini, kita wajib marah
untuk mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan. Kita harus mau berkorban demi
keutuhan negara ini. Tantangan dan ujian
seberat apapun hendaknya tidak akan menggoyahkan semangat berkorban demi
terjaganya negara tercinta ini. Di atas pundak kita, umat Islam Indonesia, terpikul dua tanggung
jawab sekaligus yaitu tanggung jawab keislaman (Mas-uliyah Islamiyah) dan
tanggung jawab kebangsaan (Mas-uliyah Wathaniyah). Dua tanggungjawab yang tidak
bisa dipisahkan antara satu dan lainnya.
إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللهِ الْمَلِكِ
المْنَاَّنِ، وَبِهِ يَهْتَدِي الْمُهْتَدُونَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي
السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُّبِينٌ.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ
اللهُ منِّيْ وَمِنْكُمْ تَلاَوَتَهُ إِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ،
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ، لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ,
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar